(IslamToday ID) – Komandan Penjaga Pantai AS Laksamana Madya Steven D. Poulin mengatakan Amerika Serikat kehilangan pijakan di Kutub Utara dari pesaing-pesaing dekatnya, termasuk Rusia dan China lantaran kurangnya kemampuan pemecah es.
Namun dirinya optimis bahwa kesenjangan ini akan menyempit di masa yang akan datang usai Washington berhasil mempercepat pembangunan kapal-kapal pemecah es yang baru.
“Kami kehilangan posisi (di Kutub Utara) karena kami tidak memiliki kemampuan pemecah es seperti yang dimiliki oleh beberapa pesaing dekat kami. Rusia memiliki lebih dari 40 kapal pemecah es dan ingin menambah armadanya. Cina sedang membangun kemampuan pemecah es untuk lintang tinggi di utara dan selatan. Kami memiliki satu kapal pemecah es besar dan satu kapal pemecah es sedang,” kata Poulin yang dikutip dari Sputnik, Kamis (25/4/2024).
Menurut Steven, Amerika Serikat harus hadir di Kutub Utara untuk memastikan bahwa ruang lautan tersebut memiliki “tata kelola maritim yang baik” dan kedaulatan serta supremasi hukum terlindungi.
Sebelumnya pada bulan April, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko mengatakan bahwa NATO berusaha untuk memperkuat kehadirannya di Kutub Utara dan membangun markas komando baru di sana dan Rusia akan merespons hal tersebut secara memadai.
Dalam beberapa tahun terakhir, Rusia telah menyatakan keprihatinannya tentang peningkatan aktivitas militer NATO di Arktik, dan mengatakan bahwa ada risiko bentrokan yang tidak diinginkan di wilayah tersebut. Moskow juga telah mengizinkan kemungkinan untuk menarik diri dari Dewan Arktik jika aktivitasnya tidak memenuhi kepentingan Rusia.
Sebagai informasi, posisi strategis Amerika Serikat di dekat Rusia dan negara tetangga Kanada memungkinkan AS mengakses Laut Beaufort, Laut Chukchi, dan Laut Bering serta mengharuskan Amerika Serikat mengelola perbatasan maritim yang panjang dengan Rusia yang membentang melalui Selat Bering dan Laut Chukchi.
Begitu juga ke Samudera Arktik sejauh diizinkan berdasarkan hukum internasional. Pemerintah AS telah mengartikulasikan kepentingan mendasarnya di Arktik selama lebih dari 40 tahun dalam serangkaian strategi pemerintah. [ran]