(IslamToday ID) – Pakar, penulis, dan kolumnis Tiongkok Francesco Sisci menyebut keunggulan Tiongkok di banyak bidang, yang mampu melampaui Amerika Serikat (AS) sebagai akar meningkatnya ketegangan hubungan dua negara.
Dia menyebut sejauh ini keunggulan Beijing yang melampaui AS terletak pada kapasitas produksinya yang komprehensif di dunia.
“Tiongkok dapat memproduksi apa saja tanpa harus pergi ke negara lain,” kata Sisci, mengutip Sputnik, Senin (29/4/2024).
“Tidak ada negara lain yang memiliki industri yang mandiri, bisa dikatakan demikian. Jadi ini adalah keuntungan besar di masa persaingan yang ketat,” lanjutnya.
AS juga disebut tidak menyukai hubungan antara Beijing dengan Moscow di tengah upaya mengisolasi Rusia secara global akibat berkonflik dengan Ukraina.
Untuk mengatasi tantangan domestic yang ditimbulkan oleh Tiongkok, Sisci mengatakan pemerintahan Biden telah melakukan berbagai cara, mulai dari utang nasional yang besar hingga pertumbuhan manufaktur yang menurun.
Pemerintahan ini juga telah menindaklanjuti upaya-upaya sebelumnya dilakukan oleh Washington selama bertahun-tahun untuk menindak Tiongkok di bidang teknologi penting, termasuk microchip.
Untuk memutus ketergantungan mereka pada rantai pasokan Tiongkok mereka juga memberlakukan keringanan pajak dan subsidi yang besar. Mereka telah menawarkan hal tersebut kepada para pengembang untuk membangun fasilitas manufaktur energi hijau di AS.
Melalui apa yang disebut CHIPS Act, AS berharap untuk mendapatkan keunggulan atas China dalam bidang mikroelektronika.
Namun, terobosan China di bidang ini sedemikian rupa sehingga dilaporkan siap untuk menutup kesenjangan dengan AS dalam hal microchip dengan kecerdasan buatan.
“Saya percaya bahwa apa yang diinginkan Amerika dengan tindakan CHIPS ini bukanlah menciptakan situasi di masa sekarang, melainkan mencoba untuk menolak akses perusahaan-perusahaan Tiongkok ke teknologi Amerika di masa depan,” kata Sisci.
“Teknologi Amerika akan mengembangkan chip baru yang akan menggerakkan kecerdasan buatannya. Ini bisa menjadi revolusi industri dan Amerika ingin menolak akses ke Cina dari teknologi ini. Namun, tidak jelas apakah itu akan berhasil atau tidak,” imbuhnya.
Di sisi lain, China melalui duta besarnya untuk AS, Xie Feng, terus menerus membantah tuduhan tidak berdasar tentang anggapan “ancaman China”.
Menurutnya hype “kelebihan kapasitas” yang dituduhkan AS menunjukkan bahwa masalahnya bukanlah “kelebihan kapasitas”, tetapi “kecemasan yang berlebihan”. [ran]