JAKARTA, (IslamToday.id) — Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa Indonesia bisa keluar dari kutukan sumber daya alam melalui pengembangan inovasi, perbaikan kualitas sumber daya manusia, dan penguasaan teknologi.
Pernyataan tersebut disampaikannya dalam pidato kenegaraan jelang hari kemerdekaan Indonesia ke-74 di gedung DPR/MPR, Jakarta, Jumat (16/8).
“Memang negara kita ini kaya bauksit, batubara, kelapa sawit, ikan, dan masih banyak lagi. Tapi tidak cukup di situ. Kalau kita melakukan hilirisasi industri, kita pasti bisa melompat lagi,” tegas Jokowi.
Selain itu, Presiden Joko Widodo atau dikenal Jokowi menyatakan Indonesia sudah memproduksi sendiri avtur sehingga tidak perlu impor avtur lagi.
“Tapi kita bisa lebih dari itu, kita bisa ekspor avtur, kita juga ingin produksi avtur berbahan sawit,” imbuhnya.
Namun presiden tidak menyebutkan detail, seperti nilai dan tujuan ekspor avtur yang telah berlangsung. Begitupula jumlah produksi avtur yang telah diproduksi oleh Indonesia.
Presiden Jokowi menambahkan Indonesia sudah mulai membuka ruang pengembangan mobil listrik dan ingin membangun industri mobil listrik.
Selain itu, Indonesia juga sudah membangun industri pengolahan bauksit sehingga impor alumina tidak perlu dilakukan.
“Kita bangun hilirisasi industri batubara menjadi Dimethyl Ether (DME) sehingga kita bisa mengurangi impor jutaan ton LPG setiap tahunnya,” tandas Jokowi.
Ia menambahkan Indonesia juga membangun hilirisasi industri nikel menjadi ferro nikel sehingga nilai tambah nikel akan meningkat 4 kali lipat.
“Kita harus berani memulai dari sekarang beberapa lompatan kemajuan sudah kita lakukan,” tegasnya.
Lompatan lain yang sudah dilakukan menurut Presiden adalah dengan memulai dengan program B20, kemudian akan masuk ke B30.
“Tapi kita bisa lebih dari itu dengan membuat B100,” ujarnya.
Presiden menjelaskan untuk bisa mencapai lompatan tersebut dan berkembang mendahului negara lainnya, dibutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Presiden melanjutkan Indonesia juga membutuhkan terobosan-terobosan jalan pintas yang cerdik, mudah, dan cepat.
Indonesia juga membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul berhati Indonesia, berideologi Pancasila, toleran, berakhlak mulia, ingin terus belajar, bekerja keras, dan berdedikasi.
Dia menambahkan Indonesia membutuhkan inovasi-inovasi yang disruptif yang membalik ketidakmungkinan menjadi peluang, kelemahan menjadi kekuatan dan keunggulan, mengubah keterbatasan menjadi keberlimpahan, mengubah kesulitan menjadi kemampuan, dan mengubah yang tidak berharga menjadi bernilai untuk rakyat dan bangsa.