JAKARTA, (IslamToday ID) – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah di perdagangan pasar spot hingga tengah kemarin. Faktor domestik kemungkinan menjadi pemberat langkah rupiah.
Pada Jumat (1/11/2019) pukul 12.14 WIB, 1 dolar AS setara dengan Rp 14.055. Rupiah melemah 0,16 persen dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kala pembukaan pasar, rupiah masih melemah tetapi hanya 0,06 persen. Selepas itu, pelemahan rupiah semakin dalam dan dolar AS leluasa menjelajahi kisaran Rp 14.000.
Sebelum pembukaan pasar spot, langkah rupiah sudah penuh tantangan karena ada data Purchasing Managers’ Index (PMI). Data ini adalah salah satu leading indicator penting yang bisa menjadi gambaran prospek ekonomi ke depan.
Pada 07.30 WIB, IHS Markit mengumumkan bahwa PMI manufaktur Indonesia berada di 47,7 pada Oktober. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 49,1 dan menjadi angka terendah setidaknya sejak 2016.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Apabila di bawah 50, berarti dunia usaha sedang tidak melakukan ekspansi, yang ada malah kontraksi. Malangnya, PMI Indonesia sudah berada di bawah 50 dalam empat bulan terakhir.
Kelesuan dunia usaha ini kemungkinan membuat data inflasi menjadi hambar. Padahal inflasi Oktober lebih rendah dari ekspektasi pasar.
Pada Oktober, terjadi inflasi 0,02 persen secara bulanan (month-on-month/MoM). Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) berada di 3,13 persen dan inflasi inti tahunan adalah 3,2 persen.
Realisasi ini lebih rendah ketimbang ekspektasi pasar. Konsensus yang dihimpun memperkirakan inflasi bulanan sebesar 0,12 persen, tahunan 3,23 persen, dan inti tahunan 3,3 persen.
Sentimen domestik ini membuat rupiah tertinggal. Ya, hampir seluruh mata uang utama Asia mampu menguat di hadapan dolar AS. Sejauh ini hanya rupiah dan yuan China yang melemah. Namun rupiah lebih lemah dari yuan, sehingga otomatis menjadi yang terlemah di Benua Kuning.
Sementara, Jumat (1/11/2019) lalu Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi periode Oktober. Sepanjang bulan lalu, BPS mencatat bahwa terjadi inflasi sebesar 0,02 persen secara bulanan (month-on-month/MoM), sementara inflasi secara tahunan (year-on-year/YoY) berada di level 3,13 persen.
“Hasil pantauan BPS di 82 kota terjadi inflasi 0,02 persen. Untuk inflasi tahun kalender Januari-Oktober 2019 mencapai 2,22 persen dan year-on-year 3,13 persen,” kata Kepala BPS, Suhariyanto.
Tak hanya data ekonomi untuk periode Oktober saja, data ekonomi untuk periode kuartal III-2019 juga akan ikut dipublikasikan. Salah satu data ekonomi yang paling diantisipasi adalah angka pertumbuhan ekonomi. Hal ini lantaran data tersebut merupakan indikator yang paling jelas menggambarkan kinerja perekonomian Indonesia. Angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal III-2019 dijadwalkan dirilis pada Selasa (5/11/2019) oleh BPS. (wip)
Sumber: CNBCIndonesia.com