LAMONGAN, (IslamToday ID) – Ketua PP Muhammadiyah Haedar
Nashir mengajak kader di Lamongan agar terus menebar kebaikan. Yakni dengan
tetap menjaga toleransi antarsesama di tengah pesatnya perkembangan teknologi.
Ajakan Haedar disampaikan saat menghadiri Milad Muhammadiyah
ke-107 di Alun-alun Kota Lamongan, Minggu (12/12/2019). Acara dihadiri ribuan warga
persyarikatan.
“Dulu KH Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy’ari sama-sama menimba ilmu di Arab. Setelah keduanya pulang ke tanah air, barulah mereka berdakwah. Dan beliau berdua juga semangat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia,” ujar Haedar.
Menurutnya, Muhammadiyah harus berani mengkritik kebijakan pemerintah yang dianggap tidak sejalan dengan konsep pemikiran bangsa. Tentunya, kritik tersebut harus sesuai dengan data dan fakta di lapangan.
“Namanya juga berbangsa ada melenceng, maka kekuatan ormas harus menjadi kekuatan masyarakat madani. Sebuah kritik harus argumentatif, didukung dengan data dan tidak ngawur,” imbuhnya.
Untuk itu, melalui
Milad Muhammadiyah yang ke-107 tersebut, semangat kader Muhammadiyah, khususnya
Lamongan harus tetap dipertahankan. Sehingga, kata Haedar, harapan
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan bisa menjadi barometer
Muhammadiyah di Indonesia bisa terwujud.
“Bicara rumah sakit, ada Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan
(RSML) ini menjadi rumah sakit terbaik di Jatim. Jadi bisa-bisa Lamongan bisa
menjadi mercusuar Muhammadiyah di Indonesia,” pungkasnya.
Haedar juga memberikan pandangannya tentang apa yang disebutnya darurat radikalisme. Guru besar UMY ini menguraikannya, dirinya telah mengikuti apa yang selama ini menjadi keprihatinan pemerintah dan semua komponen bangsa tentang yang disebut radikalisme atau ancaman radikalisme.
Ia yakni dan semuanya sepakat, jika yang dimaksud radikalisme itu paham yang ekstrem dan berpotensi serta menimbulkan kekerasan.
“Hanya saja kita perlu meninjau ulang atau merefleksi konsep radikalisme dan penerapannya, itu agar tidak diarahkan kepada radikalisme agama,” jelas Haedar.
Lebih khusus lagi, menurut Haedar, radikalisme Islam sebagaimana sering dilontarkan atau ancaman di BUMN, masjid kampus, bahkan PAUD yang terancam radikalisme atau terpapar radikalis. “Jika itu, maka perlu diklarifikasi,” tandasnya.
Dalam pandangannya, ia juga melihat bahwasannya potensi radikal itu ada juga yang non agama.
Jadi, kejadian-kejadian di mana ada penyerangan, ada teror yang menimbulkan korban jiwa puluhan di tanah air itu termasuk. Kemudian juga termasuk adanya pandangan-pandangan yang kemudian ingin membangkitkan lagi ideologi-ideologi yang tidak sejalan dengan Pancasila. (wip)
Sumber: Detik.com, Surya.co.id