JAKARTA, (IslamToday ID) – Ribuan massa yang tergabung dalam sejumlah ormas Islam menggelar aksi dengan menggeruduk Kedutaan Besar (Kedubes) China di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (27/12/2019). Mereka tampak padat dari area ujung Bundaran Mega Kuningan hingga ke pos polisi yang berada di depan Mal Ambassador.
Pantauan di lokasi, massa mulai memadati jalan utama Mega Kuningan usai salat Jumat atau tepat pukul 13.15 WIB. Ribuan demonstran kompak mengenakan
ikat kepala bertulis kalimat syahadat dan mengenakan busana berwarna hitam
putih.
Ada pula yang mengenakan topeng berwarna
biru berlatar bulan sabit dan bintang dengan gambar tangan menutup mulut.
Gambar tangan tersebut berwarna merah dengan satu bintang besar dan empat
bintang kecil melingkar di sebelah kanan.
Topeng tersebut seperti ingin memberi gambaran bahwa masyarakat telah dibungkam untuk menyuarakan dugaan pelanggaran HAM terhadap etnis Uighur di Xinjiang, China.
Selain mengenakan topeng, demonstran juga membentangkan panji-panji mereka yang bertuliskan tuntutan terhadap pemerintah China untuk menghentikan pembantaian etnis muslim Uighur di Xinjiang.
Mereka juga membawa sejumlah spanduk yang bertuliskan kecaman terhadap pemerintah China terhadap aksi diskriminitatif. “Save Muslim Uighur, Government Of China is Zionist,” tulis salah satu spanduk dari massa aksi di lokasi.
Di kerumunan massa seorang warga yang mengaku berasal dari etnis Uighur di Xinjiang turut berunjuk rasa. Pria berkacamata yang mengenakan jaket hitam itu mengaku bernama Said Turtub. Ia naik ke atas mobil komando dan berbicara dengan menggunakan bahasa Xinjiang.
Seorang penerjemah mengartikan kalimatnya saat menyapa demonstran. Penerjemah itu menyebut bahwa Said merupakan pemuda berusia 35 tahun dari etnis Uighur.
“Terima kasih saudaraku di Indonesia, karena kalian memberikan perhatian kepada Uighur. Walaupun warga dunia terdiam tapi kalian tetap menyuarakan suara kalian,” ujar Said seperti yang disampaikan penerjemah.
Menurutnya, aksi ini tidak hanya mewakili umat muslim di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia atas tindakan diskriminatif di Xinjiang.
Said juga mengaku tidak bisa berkomunikasi dengan keluarganya yang berada di Xinjiang lantaran pemerintah China menuntup akses komunikasi mereka. “Kami tidak bisa menghubungi keluarga kami di sana dan mereka berusaha menghilangkan bangsa Uighur dari sana,” ucapnya.
“Free Uighur!” teriak Said sambil mengepal tangan.
Said berharap dengan adanya aksi besar-besaran di Indonesia, pemerintah China tergerak untuk membebaskan muslim Uighur. “Insya Allah dengan adanya demo, dunia akan melihat dan insya Allah muslim Uighur terbebas dari China,” tandasnya. (wip)
Sumber: Rmol.id