JAKARTA, (IslamToday ID) – Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara mengapresiasi pembayaran iuran sekolah melalui aplikasi Gojek. Menurutnya, hal itu memberikan kemudahan bagi orang tua murid untuk melunasi kewajiban mereka terkait keuangan di bidang pendidikan.
Menurutnya, langkah tersebut tentu akan memberikan keuntungan bisnis tertentu bagi Gojek. Perusahaan unicorn Indonesia itu bisa mendapatkan tambahan data perilaku pengguna mereka yang melunasi pembayaran keuangan sekolah melalui aplikasi.
“Tentu ini akan menjadi peluang bagi mereka karena Gojek dapat bermain dengan data-data tersebut dan mereka bisa membaca kebiasaan dari para orang tua murid seperti apa,” kata Bhima, Selasa (18/2/2020).
Di saat bersamaan, ia meminta pemerintah juga memberikan kesempatan yang sama kepada aplikator lain untuk menerapkan langkah serupa. Ia mengatakan hal itu dilakukan untuk menghindari monopoli dari satu pihak tertentu.
Menurut Bhima, keterbukaan itu juga akan menghindarkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim dari prasangka negatif oleh banyak pihak. Dikatakannya, jika pembayaran yang hanya bisa dilakukan oleh Gojek, maka akan menimbulkan persepsi konflik kepentingan, mengingat Nadiem merupakan pemilik perusahaan berbasis transportasi tersebut.
“Prasangka buruk itu bisa muncul mengingat posisi Nadiem sebagai menteri. Makanya lebih baik dibuka biar menghindari persepsi negatif barusan,” kata Bhima.
Ia mengimbau agar sistem pembayaran tersebut untuk lebih disosialisasikan lagi ke masyarakat. Ia juga berharap agar sistem pembayaran tunai tidak kemudian dihilangkan menyusul adanya sistem pembayaran baru tersebut.
“Lagi pula ini kan hanya opsional dan harapannya pembayaran via cash juga masih tetap ada, artinya tidak dihilangkan meski ada opsi ini,” kata Bhima.
Informasi pemanfaatan Gojek untuk pembayaran SPP sekolah dan lain-lain itu diumumkan oleh Senior Vice President Sales Gopay, Arno Tse. Ia mengatakan, saat ini ada sekitar 180 lembaga pendidikan seperti pesantren, madrasah, sekolah, dan tempat kursus di Indonesia yang telah terdaftar di GoBills.
Menurut Arno, perusahaan berupaya melakukan strategi untuk tetap menjadi dompet digital terdepan di Indonesia melalui inovasi dan pengembangan fungsi. Ia mengatakan, Gopay terus meningkatkan loyalitas pengguna dengan selalu menawarkan kemudahan dan kebebasan dalam bertransaksi sebagai uang elektronik yang paling banyak digunakan oleh masyarakat.
Sementara itu, pengamat pendidikan Edy Suandi Hamid menilai positif keikutsertaan teknologi dalam dunia pendidikan. Namun, ia mengimbau agar langkah positif tersebut harus diterapkan dengan hati-hati.
Menurutnya, langkah pelibatan aplikasi Gojek dalam dunia pendidikan juga harus dilihat secara etika, apakah sudah pas atau sebaliknya. Lagi pula, keberadaan sistem pembayaran tersebut harus diteliti lebih lanjut menyusul kemungkinan timbulnya konflik kepentingan.
“Saya melihat, di grup (WAG) pendidikan tinggi itu positif, tetapi apakah etis karena pasti ada conflict of interest karena menteri yang buat kebijakan dia yang mengeksekusi untuk perusahaannya sendiri. Meski sudah mundur juga karena faktual masih dia juga,” kata Edy.
Di sisi lain, menurutnya, kemajuan teknologi bukan sesuatu yang tidak dapat dipinggirkan dalam peradaban dunia saat ini. Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) ini mengatakan teknologi tersebut juga memudahkan para orang tua dalam membayar tagihan mereka dalam dunia pendidikan.
“Orang tua bisa bayar kapan pun dan dari mana pun juga dan tidak perlu takut uang akan diselewenagkan anaknya. Jadi ini positif dan memang era kita sudah IT base,” katanya. (wip)
Sumber: Republika.co.id, Antaranews.com