JOGJA, (IslamToday ID) – Jajaran kepolisian langsung turun tangan melakukan penyelidikan terkait peristiwa tragis siswa SMPN 1 Turi, Sleman saat kegiatan susur sungai di Sungai Sempor. Enam orang telah diperiksa yang seluruhnya merupakan pembina Pramuka.
“Kami sudah lakukan pemeriksaan kepada beberapa orang,” kata Kabid Humas Polda DIY, Kombes Yuliyanto saat ditemui di SMPN 1 Turi, Sabtu (22/2/2020).
“Sudah ada enam orang yang diperiksa, semuanya dari pembina Pramuka,” sambungnya.
Para pembina Pramuka yang diperiksa itu adalah pendamping para siswa saat kegiatan susur sungai di Sungai Sempor, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Jumat (21/2/2020).
“Kami sudah periksa para pembina Pramuka yang ikut. Hasilnya (pemeriksaan) belum bisa disampaikan,” jelasnya.
Yuliyanto menambahkan, polisi berhati-hati dalam penyelidikan. Saat ini polisi masih berupaya mengumpulkan keterangan dan alat bukti untuk menentukan apakah peristiwa ini memenuhi unsur pidana atau tidak.
“Kami belum bisa menentukan siapa yang bisa tanggung jawab penuh. Nanti dengan proses yang hati-hati dan tidak buru-buru, ini masih pemeriksaan,” ujarnya.
Hingga pukul 13.35 WIB siang ini, dilaporkan sembilan siswa ditemukan dalam kondisi meninggal dunia dan satu masih dalam pencarian.
“Total sembilan korban (meninggal). Kami masih mencari satu orang lagi, doakan agar segera ketemu,” kata Kapolda DIY Irjen Asep Suhendar saat ditemui di lokasi Sungai Sempor.
Kepala Basarnas Yogyakarta, Lalu Wahyu Efendi menjelaskan dua korban terakhir ditemukan pukul 10.15 dan 10.35 WIB. Namun untuk identitasnya belum terkonfirmasi.
“Identitasnya belum, baru proses identifikasi. Tapi tadi ditemukan di 10.15 WIB di dam Lengkong dan 10.35 WIB di dam Polowidi dalam kondisi meninggal dunia. Kami masih cari satu siswa lagi,” katanya.
Sementara itu, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengungkapkan duka cita mendalam atas musibah yang menimpa para siswa SMPN 1 Turi. “Saya ikut berduka cita atas meninggalnya beberapa anak SMP Negeri 1 Turi saat beraktivitas menyusuri sungai,” katanya.
Ia merasa prihatin dan menyesalkan mengapa aktivitas susur sungai itu bisa dilakukan pihak sekolah saat musim hujan, sehingga berdampak pada hanyutnya para siswa yang tengah mengikuti kegiatan Pramuka. “Kenapa saat sedang musim hujan ada aktivitas menyusuri sungai?” ujarnya.
Ia pun berharap sekolah apapun tingkatannya, tidak melakukan aktivitas apapun berdekatan dengan sungai saat puncak penghujan seperti Februari ini. “Apalagi kegiatan menyusuri sungai itu jelas sangat berbahaya,” ujar Sultan.
Sultan pun menginstruksikan seluruh kepala sekolah, kelompok masyarakat atau kelompok organisasi yang lain dapat menghindari sungai dan aktivitas di dekat sungai saat musim hujan. Ia meminta kejadian yang menimpa para siswa SMPN 1 Turi tak terulang lagi. “Saya juga minta pihak sekolah harus dapat bertanggung jawab atas kejadian ini. Saya menyampaikan rasa duka yang mendalam sekaligus prihatin,” kata Sultan.
Berkaitan dengan kejadian itu, Sultan langsung melakukan peninjauan ke SMPN 1 Turi dan Puskesmas Turi pada Jumat malam. Ia menyampaikan rasa belasungkawa secara langsung dan menindaklanjuti keberlanjutan penanganan musibah tersebut. (wip)
Sumber: Detik.com, Tempo.co