JAKARTA, (IslamToday ID) – Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang belum terpapar virus corona (Covid-19). Meski banyak negara tidak percaya, namun faktanya belum ada satu pun pasien yang awalnya disebut suspect, tapi pada akhirnya dinyatakan negatif corona.
Ketidakpercayaan sejumlah negara bisa jadi beralasan, karena intensitas lalu lalangnya manusia keluar masuk wilayah Indonesia cukup tinggi. Baik dari jalur laut maupun udara. Apalagi sejumlah negara yang dekat dengan Indonesia seperti Singapura dan Malaysia sudah ada yang terpapar corona.
Ternyata, ketidakpercayaan bahwa Indonesia bebas dari corona juga ditunjukkan oleh warganya sendiri. Ketidakpercayaan itu sebenarnya hanya demi kewaspadaan, sebab jangan sampai adanya virus corona malah ditutup-tutupi oleh pemerintah untuk tujuan tertentu.
Kasus yang masih hangat dan sempat menghebohkan adalah kematian seorang pasien suspect corona di RSUP dr Kariadi Semarang pada Minggu (23/2/2020). Bahkan, sempat terjadi simpang siur terkait penyebab meninggalnya pasien berusia 37 tahun tersebut.
Usai meninggal pada Minggu (23/2/2020), tim dokter belum bisa menyimpulkan penyebab kematiannya karena sampel darah masih diperiksa di Puslitbangkes Kemenkes. Hasil lab baru keluar tanggal 24 Februari 2020. Sehingga, dokter menyebut pasien yang sudah meninggal harus ditangani sebagai korban positif demi mencegah infeksi.
“Pasien ini meninggal, perlakuan sama seperti positif. Begitu negatif (corona), yang melakukan penanganan lega, tidak harus ada yang dikhawatirkan,” kata Direktur Medik dan Keperawatan RSUP dr Kariadi Semarang.
“Pada saat meninggal karena (hasil) laboratorium belum keluar, maka tata kelolanya disebutkan bahwa tata kelolanya sesuai dengan (penyakit) new emerging,” tambah Agoes.
Kabid Pelayanan Medik RSUP dr Kariadi Semarang, Nurdopo Baskoro menambahkan, jenazah pasien dimakamkan sesuai prosedur penanganan jenazah suspect virus corona. Musababnya, pasien itu meninggal saat berada di ruang isolasi.
“Sesuai prosedur penanganan jenazah pasien emerging, jenazah harus tertutup rapat, dibungkus plastik dan dimasukkan ke dalam peti,” ungkap Baskoro.
Ia menambahkan, sejak Januari hingga akhir Februari 2020, pihaknya sudah merawat 23 pasien dengan dugaan virus corona. Dari total 23 pasien, 13 di antaranya dimasukkan dalam kategori orang dalam pemantauan (ODP). Artinya, hanya dikarantina di luar rumah sakit.
Sementara, 10 lainnya merupakan pasien dalam pengawasan (PDP). Beberapa dari mereka merupakan warga negara Jepang, China, dan Korea. “Saat ini (masih) ada satu yang dirawat di ruang isolasi. Perempuan usia 25 tahun, datang sore kemarin. Keluhan demam, batuk, pilek. Riwayat kontak erat dengan WNA. Tetapi pasien sendiri tidak ada riwayat bepergian ke luar negeri,” kata Baskoro.
Sedangkan, Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) RSUP dr Kariadi, dr Fathur Nur Kholis menyatakan pasien meninggal yang diduga terjangkit virus corona itu ternyata menderita penyakit bronkopneumonia. Pria itu mengalami kerusakan karena infeksi di paru-paru dan saluran pernapasan.
“Yang jelas bukan virus corona. Penyebab infeksi di paru-paru banyak sekali, bisa virus, bakteri, jamur atau makhluk hidup yang lain. Kasus yang kemarin meninggal bisa terjadi dengan sebab apapun, termasuk bakteri. Ini bronkopneumonia, tingkat kematiannya memang tinggi,” ungkap Fathur, Rabu (26/2/2020).
Gangguan Bernapas
Menurutnya, Bronkopneumonia merupakan peradangan pada paru-paru yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur. Seseorang akan mengalami gangguan dalam bernapas sehingga tidak bisa mengambil oksigen dan tidak bisa mengeluarkan CO2.
“Bapak yang kemarin meninggal tingkat Bronkopneumonia itu sangat berat, tingkat kerusakan paru-parunya cukup berat, kemungkinan penyebabnya bakteri,” jelasnya.
Pneumonia atau infeksi paru-paru akut, memang menjadi salah satu gejala corona. Namun, pneumonia adalah peradangan akut di jaringan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme, seperti bakteri, virus, parasit, jamur, paparan bahan kimia, atau kerusakan fisik paru.
Adapun corona merupakan penyakit zoonosis, yakni penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus corona atau SARS-CoV-2 yang menginfeksi sel makhluk hidup atau inang. Pada manusia, virus ini biasanya menyerang pada bagian paru yang mereka jadikan reseptor.
Menko Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy menegaskan tidak ada yang ditutup-tutupi soal kematian pasien di RSUP dr Kariadi Semarang. Ia mengaku sudah meninjau RS Kariadi dan berkomunikasi dengan petugas medis yang menangani pasien secara langsung.
“Itu memang negatif. Saya sudah kroscek di RS Kariadi. Kepala Dinas Kesehatan dan direktur sudah menyampaikan data, terus saya kroscek ke Pusat Litbang (Kemenkes) untuk penyakit infeksi. Direkturnya langsung,” kata Muhadjir.
“Dan sudah diberi list datanya tentang dia. Dan negatif. Enggak ada (menutup-nutupi), enggak, kita terbuka. Sudah saya pastikan saya kroscek ke pusat untuk periksa spesimennya,” pungkasnya. (wip)
Sumber: Kumparan.com, Kompas.com, Rmol.id