JAKARTA, (IslamToday ID) – Keraguan tokoh-tokoh dunia tentang virus corona (Covid-19) di Indonesia akhirnya terjawab. Presiden Jokowi bersama Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto mengumumkan ada dua warga Depok, Jawa Barat positif terinfeksi corona.
Dari keterangan Jokowi dan Terawan, dua pasien terjangkit corona setelah kontak langsung dengan orang Jepang. Orang Jepang tersebut diketahui bekerja di Malaysia. Ia sengaja datang ke Indonesia dan bertamu ke rumah dua pasien yang notabene adalah seorang ibu (61 tahun) dan anaknya (31 tahun).
Anehnya, saat berada di bandara, orang Jepang tersebut tidak terdeteksi petugas yang konon melakukan pemeriksaan suhu badan dengan sangat ketat. Apalagi untuk sekelas bandara-bandara internasional yang sejak awal sudah menyatakan siaga corona pasca virus tersebut mewabah di China.
Di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) misalnya, pemeriksaan suhu tubuh penumpang yang datang tidaklah maksimal. Ketika penumpang mendarat di Terminal 3 Bandara Soetta, tampak semua penumpang diminta mengisi formulir kesehatan berwarna kuning. Separuh diambil petugas, separuh lagi disimpan.
Masalahnya, formulir ini adalah penilaian pribadi, bukan penilaian medis. Petugas sibuk mengumpulkan formulir. Tampak ada dua petugas dengan termometer, namun pemeriksaan suhu tubuh seperti dilakukan secara acak saja.
Tidak semua penumpang dicek suhu tubuhnya. Jika penumpang sengaja mau menghindari petugas, hal ini mudah saja untuk dilakukan. Pemeriksaan ini seperti ala kadarnya. Kalau masalahnya adalah jumlah penumpang yang ratusan, kenapa tidak ditambah SDM-nya?
Berbeda dengan pemeriksaan yang dilakukan petugas di Bandara Internasional Malpensa di Milan, Italia awal pekan lalu. Inilah bandara terbesar kedua di Italia setelah Bandara Internasional Fiumicino di Roma. Begitu turun, penumpang diminta berbaris dalam dua lajur. Di ujungnya sudah ada dua petugas kesehatan dengan masker dan termometer yang ditempel ke jidat penumpang.
Para petugas kesehatan lainnya dengan masker berjaga-jaga di sekitarnya. Semua penumpang wajib dicek suhu tubuhnya. Jangan harap bisa melaju ke bagian imigrasi dan ambil bagasi, jika belum melewati pemeriksaan suhu tubuh.
Petugas lain sudah standby untuk melakukan pemeriksaan, sepertinya untuk penumpang yang kedapatan dengan suhu tinggi. Mereka yang suhunya normal, dipersilakan lanjut ke bagian imigrasi untuk cap paspor.
Menjawab keraguan terkait lemahnya pemeriksaan di bandara, Menkes Terawan berkilah. “Ya kalau dia pas masuk kebetulan tidak panas, dengan ilmu apapun nggak bisa (terdeteksi). Atau nggak dia minum obat, ya nggak bisa (terdeteksi),” katanya, Senin (2/3/2020).
“Tapi kan kita tahu kontak siapa yang kontak dia. Kontak itulah yang kita cari. Yang penting closed contact. Yang kontak itu dekat-dekatan,” imbuhnya.
Presiden Jokowi juga menyebut thermal scanner yang digunakan untuk mengecek suhu tubuh tidak sepenuhnya akurat 100 persen.
“Kita juga menjaga 135 pintu masuk ke negara kita, baik itu darat, baik itu laut, maupun udara. Semuanya dijaga ketat meskipun dalam praktiknya ini tidak mudah. Karena ngecek dengan yang namanya apa, thermal scanner, itu kadang-kadang keakuratannya juga tidak bisa dijamin 100 persen,” kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta Pusat.
Petugas Tidak Teliti
Jokowi juga menegaskan pemerintah Indonesia memiliki kesiapan dan perlengkapan yang memadai untuk menangani kasus pertama corona ini. Pemerintah, ujarnya, juga melakukan upaya untuk menekan penyebaran virus corona.
“Lebih dari 100 rumah sakit yang siap dengan ruang isolasi mengenai virus corona. Dengan standar isolasi yang baik. Kita juga memiliki peralatan yang memadai sesuai dengan standar internasional. Kita juga memiliki persiapan untuk reagen,” kata Jokowi.
Sementara itu, anggota DPR RI Komisi IX dari Fraksi Golkar, Darul Siska menyebut Indonesia kebobolan virus corona. Ia pun meminta pemerintah menjamin kesembuhan kedua pasien tersebut.
“Nah saya kira kita yang pertama, tindakan yang pertama yang harus dilakukan. Pemerintah menjamin dua warga negara kita yang suspect itu betul-betul sembuh. Yang kedua, ini ternyata petugas-petugas kita di pintu masuk Indonesia kebobolan, jadi tidak teliti. Nah menjadi perhatian pemerintah bahwa mulai detik ini jangan lagi pemeriksaan itu sampel-sampel, jangan random-random,” kata Darul di kompleks Gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta.
Menurutnya, dari kebobolan ini pemerintah harus menjadi pelajaran pahit bagi Indonesia. Ia menilai ini peringatan bagi pemerintah.
“Harus semua orang masuk di Indonesia itu diperiksa betul-betul dengan proses dan prosedur yang benar. Ini pelajaran yang pahit buat Indonesia. Selama ini kan kita merasa, ah aman kok Indonesia nggak ada virus. Nah ini peringatan buat semua petugas kita,” ujar Darul.
“Di bandara, di pelabuhan, bagi semua orang yang masuk ke Indonesia terutama dari luar negeri, harus diperiksa satu per satu secara teliti,” sambungnya.
Darul pun mendorong pemerintah membuat crisis center di setiap provinsi. Sebab, kebobolan corona itu sudah menjadi “lampu merah” bagi Indonesia.
“Saya kira semuanya sudah harus. Ini kan sudah warning keras, sudah lampu merah, sudah dua orang terpapar gitu loh. Jadi pasti nih, jadi crisis center itu menurut saya di Jakarta, semua provinsi harus melakukan tindakan yang sama. Mencegah jangan sampai orang Indonesia yang terpapar virus ini. Ini akan sangat cepat mengancam keselamatan warga Indonesia,” imbuhnya. (wip)
Sumber: Detik.com, Republika.co.id, CNNIndonesia.com