JAKARTA, (IslamToday ID) – Bukannya mereda, virus corona malah makin mengganas. Penyebarannya terus meluas. Di sejumlah negara termasuk Indonesia, jumlah penderitanya semakin banyak. Bahkan WHO telah menetapkan virus corona sebagai pandemik.
Pandemik adalah berjangkit serentak di mana-mana atau meliputi wilayah geografi yang luas. Artinya, corona diakui telah menyebar ke hampir seluruh negara di dunia.
Catatan WHO, corona sudah menyebar ke lebih dari 100 negara di dunia. Corona juga telah menginfeksi sekitar 114.000 orang di lintas negara. Namun WHO menyebut pandemik ini masih bisa dikendalikan. “Ancaman pandemiknya adalah nyata, namun kami tidak menyerah,” kata Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, Senin (9/3/2020).
Di Indonesia, jumlah korban corona juga terus bertambah. Juru bicara pemerintah khusus penanggulangan virus corona Achmad Yurianto mengumumkan 7 pasien baru yang positif terjangkit virus corona dan semuanya digolongkan sebagai imported case (kasus impor). Dengan demikian, sejauh ini telah ditemukan 34 kasus positif virus corona. “Hari ini ada penambahan 7 pasien,” kata, Rabu (11/3/2020).
Ia menjelaskan bahwa pasien nomor 28 adalah pria berusia 37 tahun dengan kondisi sakit ringan. Pasien nomor 29 adalah pria berusia 51 tahun mengalami sakit sedang dan tidak sesak napas.
Pasien dengan identitas 30, laki-laki 84 tahun, tampak sakit sedang, imported case. Pasien nomor 31, perempuan, 48 tahun, tampak sakit ringan sedang, imported case karena baru datang dari luar negeri. Nomor 32, laki-laki 45 tahun kondisi sakit ringan sedang, imported case.
Lalu, pasien nomor 33 laki-laki 29 tahun kondisi tampak sakit ringan sedang, tergolong imported case. “Nomor 34 laki-laki usia 42 tahun, sakit ringan sedang juga imported case,” ucap Yuri.
“Semuanya adalah imported case. Sementara tadi RSPI sudah memulangkan kasus yang dirawat, sudah dalam kondisi pemeriksaan dua kali negatif. Sudah diizinkan untuk pulang,” imbuhnya.
Dari 34 kasus positif virus corona di Indonesia, ada satu orang meninggal dunia dan dua diantaranya sembuh. Pasien yang meninggal dunia adalah nomor 25 warga negara Inggris berusia 53 tahun. Sehingga pasien yang positif berjumlah 31 orang.
Sistem di Bandara
Terkait kasus imported case, Yuri menilai tidak ada masalah dalam sistem penjagaan di bandara. Menurutnya, sistem memang tidak bisa mendeteksi jika kondisi seseorang tidak panas.
“Lho, kalau orang masuk bandara nggak panas gimana. Kalau dia nggak panas, ya, nggak bisa ke-detect. Baru ketahuan setelah beberapa hari di Indonesia,” katanya, Rabu (11/3/2020) malam.
Untuk itu, Yuri mengatakan, pemerintah membuka sistem pemantauan agar masyarakat yang mengalami gejala aneh bisa datang. Para dokter pun sudah disarankan untuk memperhatikan betul gejala yang ada, sehingga bisa langsung memberikan early warning system jika benar merujuk pada virus corona.
“Makanya kan kemudian dikasih Health Alert Card (HAC). Nah semua itu dari situ, kita kasih tahu kalau sakit segera ke rumah sakit dan tunjukkan kartu ini. Maka siapapun dokter yang merawat dia di fasilitas yang dia terima langsung mengaktifkan early warning system, bahwa ada pasien ODP yang sakit kemudian jadi PDP,” ujarnya.
Larang Acara Kumpul-kumpul
Anggota Komisi IX DPR RI, Nabil Haroen meminta pemerintah Indonesia untuk belajar dari Italia dan Iran dalam menangani virus corona yang sudah meningkatkan kewaspadaan dengan memberikan informasi rutin dan terkini kepada warga negaranya, sehingga mereka bisa bersiap.
“Italia telah mengarantina lebih dari 16 juta warganya seiring dengan peningkatan kasus kematian akibat virus Covid-19. Iran dengan persebaran kasus yang lebih luas, juga mengalami hal yang sama,” katanya, Rabu (11/3/2020).
Menurutnya, pemerintah harus bersiap untuk kebijakan pelindungan dengan skema-skema khusus. Ia memuji Kementerian Kesehatan dan institusi dibawahnya, serta Kantor Staf Presiden (KSP) yang mengomandoi informasi atas perkembangan kasus corona.
“Pemerintah juga harus mengawasi stok bahan pangan, sekaligus stok alat kesehatan. Jangan sampai ada yang mengambil keuntungan dari situasi krisis dengan menimbun serta menimbulkan kepanikan,” katanya.
Nabil mengatakan beberapa negara seperti Jerman, Perancis, dan Inggris sudah mulai melarang warganya untuk mengadakan acara atau perkumpulan dalam jumlah besar. Beberapa institusi dan perusahaan juga sudah bersiap untuk sistem kerja online atau kerja dari rumah untuk mengurangi kemungkinan persebaran corona.
“Pemerintah harus mempersiapkan kebijakan dengan secepatnya mengatur institusi dan lembaga-lembaga pemerintah untuk bersiap bila sewaktu-waktu tren virus Covid-19 semakin meningkat,” katanya. (wip)
Sumber: Detik.com, Kompas.com, Republika.co.id