IslamToday ID —Berbagai cara dan upaya dilakukan untuk mencegah penyebaran corona virus (covid-19). Diantaranya membiasakan cucitangan dengan sabun, physical distancing (jaga jarak) hingga melakukan penyemprotan dengan disintektan.
Penggunaan disintektan dianggap ampuh mencegah penyebaran bahkan membunuh virus. Bahkan, belakangan ini terjadi penyemprotan disintektan di jalanan dan ruang ruang publik.
Selain itu juga bermunculan bilik-bilik disinfektan. Bilik disintektan diaanggap berguna guna untuk mensterilkan Covid-19 yang menempel pada tubuh.
Anggapan ini salah satunya dilontarkan oleh Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini. dikutip dari Kompas.com, menurut Risma sterilisasi dengan bilik disintektan lebih sempurna dibandingkan cuci tangan, sebab penyemprotan dilakukan di seluruh badan.
“Kalau pakai hand sanitizer hanya membersihkan tangan. Namun, dengan bilik disinfektan ini maka seluruh tubuh dibersihkan sehingga badan benar-benar bersih dari berbagai virus dan kuman,” ujar Risma, di Rumah Dinas Wali Kota Surabaya, Sabtu (21/3/2020).
Seperti dilansir Antara.com Rabu (25/3/2020) Pemerintah Kota Surabaya, akan membuat 10 sampai 20 unit bilik disinfektan setiap harinya. Setidaknya Bilik disinfektan sudah dapat dijumpai di Balai Kota Surabaya, Bandara Juanda, Taman Bungkul, KBS, RSUD Soewandhi, RSUD BDH, Rumah Sakit Siloam, Maskas Polrestabes Surabaya, Kantor Kejaksaan Negeri Surabaya, Kantor Kejaksaan Negeri Tanjung Perak dan berbagai kantor pelayanan publik lainnya.
Terpisah penggunaan bilik desinfeksi juga sudah ada di Istana Negara, Stasiun Bojonegoro, dan Terminal Rajekwesi Bojonegoro. Sejumlah kota lainnya seperti di Malang, Cirebon, Bengkulu, Kalimantan barat dan sejumlah kota lainnya di Indoinesia juga menyediakan.
Dilansir CNN Indonesia, Ketua Baznas DKI Jakarta Luthfi Fathullah, juga berencana menyiapkan bilik disinfektan untuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Niatnya aka nada 100 unit yang disiapkan.
Wakil Ketua II Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan Baznas DKI Jakarta, Saat Suharto menjelaskan bilik tersebut dilengkapi dengan sistem pengembunan. Alat yang dipakai, kata dia, tergolong aman jika terhirup oleh manusia.
“Untuk bahan aktif yang kita embunkan adalah Benzalkonium chloride, di pasaran merknya bermacam-macam, dan yang kita gunakan alhamdulillah izin dari Kemenkes, sertifikat halal, dan foodgrade, jadi kalau pun terhirup insya Allah aman,” ujarnya
Tidak Direkomendasikan
Dikutip dari grid.id, ternyata penggunaan bilik disinfektan justru tidak direkomendasikan organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO).
Menurut WHO, bilik dengan menggunakan cairan disintektan seperti alkohol, clorin, H2O2 justru membahayakan manusia. Dampaknya bisa sampai hingga dua tahun ke depan (karsinogenik).
Upaya penyemprotan disinfektan menjadi sorotan Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dr. Hermawan Saputra. Menurutnya, cairan disinfektan bisa berbahaya jika terhirup. Dalam dalam jangka pendek bisa menyebabkan iritasu bagi seseorang yang sensitif.
“Saluran napasnya akan memberikan reaksi batuk dan lama kelamaan bisa sesak,” kata Hermawan melalui keterangan tertulis, Selasa (24/3) seperti dikutip dari idntimes.com
Penggunaan disinfektan yang berlebihan juga berpotensi mengganggu kesehatan jangka panjang. Oleh karena itu perlu penyemprotan harus dilakukan dengan hati-hati. Selain itu, saat penyemprotan dilakukan petugas dan masyarakat hendaknya melindungi diri dengan masker.
Cara Tepat
Upaya penyemprotan disinfektan sebenarnya efektif untuk dilakukan di tempat yang dicurigai menjadi transmisi virus. Misalnya, di stasiun, terminal, dan lain sebagainya. Penyemprotan di tempat tempat tersebut sebaiknya dilakukan secara rutin.
Menurut dr. Hermawan penyemprotan secara random di jalanan, perumahan dan tempat tertentu harus di dasari analisis yang kuat. Jika tidak, maka upaya tersebut sebenarnya mubazir.
Selain itu, penyemprtotan secara dandom memunculkan stigma seolah-olah lingkungan sudah bersih dan bebas dari covid-19. Akibatnya, jadi kontra produktif, masyarakat malah berkerumun kembali karena menganggap lingkungan tersebuit telah steril dari virus.
Lebih jauh, Hermawan mengatakan bahwa para ahli Kesehatan dan Peneliti di Indonesia, masih berkesimpulan bahwa SARS COV-2 (Virus Penyebab Covid-19) menular melalui droplets (batuk dan bersin). Cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan COVID-19 berupa physical distancing, penggunaan optimalisasi penggunaan Hazmat dan pemberian masker.
Selain itu, untuk deteksi dini juga harus dilakukan rapid tes, layanan mobile RT PCR dan peningkatan system rujukan lesehatan dan pertolongan pertama berbasis masyarakat.
Penulis: Arief Setiyanto