IslamToday ID —Permasalahan likuiditas perbankan Indonesia semakin meluas. Pada bulan Mei kemarin empat bank Indonesia sahamnya diborong asing. Hal ini turut menimpa Bank Bukopin, bank swasta nasional yang turut menjadi penyangga UMKM di Indonesia,
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengirimkan menawarkan saham Bukopin kepada Kookmin Bank, dengan melayangkan surat permohonan ‘bantuan’. Bank terbesar asal Korea Selatan ini dengan sigap mengambil peluang ini, dan menggelontorkan dana sebesar US$ 200juta atau Rp 2,8 triliun. Akibatnya, kini 51 persen saham Bank Bukopin dimiliki oleh Kookmin Bank.
“Kookmin Bank merespon dengan cepat dan menempatkan dana sebesar USD 200 juta yang selanjutnya Bank Bukopin segera menyelenggarakan RUPS dan RUPSLB mengenai penetapan Kookmin Bank menjadi Pemegang Saham Pengendali Mayoritas Bank Bukopin di atas 51 persen,” kata Deputi Komisioner Humas Dan Logistik OJK, Anto Prabowo (15/6/2020).
Kookmin Bank tampaknya tidak ingin sekedar menguasai 51 persen saham Bank Bukopin. Mereka mengajukan syarat yang sehingga jumlah saham merek di Bank Bukopin menggelembung dalam waktu singkat.
Melalui suratnya kepada OJK pada 11 Juni lalu, Kookmin mengajukan syarat agar harga saham milik bank BUMN ini di kisaran harga Rp 180. Kedua, jika Kookmin Bank telah telah selesai melakukan penambahan modalnya ke Bukopin, maka saham yang dikuasai oleh Kookmin Bank naik menjadi 67%.
Penguasaan saham mayoritas Bank Bukopin oleh Kookmin Bank ini dilakukan dengan cara Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau private placement.
”Ketentuan utama bahwa KB akan memegang 67 persen dari seluruh saham BBKP yang diterbitkan setelah penyelesaian PMTHMETD di mana harga penerbitan akan sebesar Rp 180 per saham,” tutur President & CEO KB Kookmin Bank Yin Hur dalam suratnya tersebut.
Dikutip dari Kumparan (18/6) harga saham milik Bank Bukopin sebenarnya senilai Rp 193. Harga saham tergolong rendah. Karena nilai Price to Book Value BBKP berada di posisi 0,3 yang artinya, valuasi atau harga saham BBKP di bawah nilai pasar atau undervalue.
Melihat kondisi Bukopin yang ‘kepepet’, Kookmin Bank memanfaatkannya, dengan menawar harga saham di kisaran harga Rp 180.
Keterlibatan Kookmin Bank dalam Bank Bukopin dimulai sejak tahun 2018, dengan kepemilikan awal sebesar 22%. Saat itu, Kookmin Bank menjadi pemilik saham terbesar kedua setelah PT Bosowa Corporindo, milik Muhammad Aksa Mahmud. Ia adalah pengusaha semen asal Makasar yang juga masih saudara ipar Jusuf Kalla.
Sebagai pemilik saham sebesar 23,39%, terbesar di Bukopin, Komisaris Utama PT Bosowa Corporindo, Erwin Aksa mengaku tidak bisa berbuat apa-apa untuk menentukan harga saham. Karena pada 10 Juni lalu pihaknya dilarang berbuat apapun oleh OJK.
Pemerintah Tutup Mata
Langkah OJK yang menyerahkan penyelesaian likuiditas bank swasta nasional ini kepada investor asing disesalkan oleh BUMN Watch. Ketua BUMN Watch, Naldi Nazar Haroen, menyesalkan sikap pemerintah yang cenderung mendiamkan hal pencaplokan asing tersebut. Seharusnya BI dan Kementerian BUMN bisa ambil bagian dalam upaya penyelamatan bank tersebut.
“Terus terang saya merasa sangat prihatin kenapa bank yang tergolong tua di Indonesia ini bisa dikuasai asing. Seharusnya, BI dan Kementerian BUMN bisa menyuntikan dananya ke Bank Bukopin itu. Kan ada saham pemerintah di sana sebesar 9,8 persen. Kenapa tidak ditambah saja,” ucap Ketua coordinator BUMN Watch, Naldi Nazar Haroen (17/6/2020).
Ia mencurigai adanya persaingan antar bank yang sedang terjadi di Indonesia. Sehingga pemerintah tutup mata.
“Saya menduga ada gelagat persaingan antarbank juga. Sehingga, pemerintah tidak turun tangan menyelamatkan bank itu dari genggaman negara asing,” imbuhnya.
Kenyataan ini membuatnya ragu jika kedepan Bank Bukopin bisa memajukan UMKM Indonesia. Ia khawatir jika nantinya penyaluran dana akan lebih banyak diberikan untuk kalangan personal dan cooperate Kookmin Bank.
Sebelumnya pada Mei lalu, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa ada empat bank yang sahamnya diborong asing. Empat bank tersebut ialah Bank BRI, BCA, Mandiri, dan BNI. Dominasi investor asing di bank-bank Indonesia juga terjadi di Bank BTPN dan Bank Permata yakni oleh investor asal Jepang.
Penulis: Kukuh Subekti