IslamToday ID — Potensi logam tanah jarang atau yang dikenal dengan rare earth element (REE) dilirik Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Hal ini dibahas dalam pertemuan mereka pada, Senin (15/6/2020). Eksploitasi REE rencananya diproyeksi untuk mengembangkan industri persenjataan.
Berdasarkan kajian Pusat Sumber Daya Mineral dan Panas Bumi, Badan Geologi, Kementerian ESDM, REE di Indonesia ditemukan di Sumatera, Jawa hingga Kalimantan. REE banyak ditemukan adalah monazit, zirkon dan xenotim
kita dapat info dari salah satu Profesor ITB itu di Nikel kadar rendah ini juga ada, dia lihat potensi rare earth. Tapi yang Inalum lihat itu di Timah itu,” Deputi Bidang Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto
Sedangkan potensi nilai keekonomian proyek ini masih dikaji oleh PT Timah Tbk dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
“Ini sedang diteliti potensinya, ada di PT Timah,”, Selasa, (23/06/2020).
Dikutip dari geomagz.geologi.esdm.go.id REE memiliki 17 kandungan, seperti Sandium (Sc), Yttrium (Y), Lanthanum (La), Cerium (Ce), Praseodymium (Pr), Neodymium (Nd), Promethium (Pm), Samarium (Sm), Europium (Eu), Gadolinium (Gd),Terbium (Tb), (Dysprosium (Dy), Holmium (Ho), Erbium (Er), Thulium (Tm), Ytterbium (Yb), dan Lutetium (Lu).
17 elemen tersebut sangat dibutuhkan untuk komponen utama dalam berbagai perangkat elektronik. Mulai dari smartphone, kamera berteknologi tinggi hingga televisi layar datar dan komputer.
Indonesia tergolong terlambat dalam melirik potensi tersebut. REE telah menjadi ‘senjata’ perang dagang antara China dan Amerika. China sudah mulai mengolah REE sejak tahun 1990.
China melirik REE sebagai komoditas yang sangat strategis. Tak ingin ada pesaing, di waktu itu pemerintah China mendeklarasikan REE sebagai mineral strategis yang harus dilindungi. Perusahaan tambang asing dilarang menambang atau mengolah REE, kecuali bekerja sama dengan perusahaan China.
China mendominasi produksi REE global hinggsa saat ini. Total output produksi REE mencapai 132 ribu metrik ton tahun lalu. Dominasi China atas REE memperkuat negara ini di tataran global. China bahkan pernah menyarankan ekspor rare earth ke AS. Hal ini memicu ketakutan industri elektronik.
Dilaporkan wartaekonomi.co.id, upaya ekplorasi REE sebenarnya telah dilakukan sejak tahun 2015 lalu. PT Timah Tbk memiliki pilot project pada tambang di Tanjung Ular, Bangka Barat. Mereka melakukan pemisahan konsentrat pasir timah (kasiterit).
Dari upaya itu, didapat kandungan mineral monasit 85%. Konsentrat monasit, mengandung uranium 0,3%, torium 3%, unsur REE 60%, dan fosfat 30%. Poyek tersebut telah berhasil mengolah monasit untuk menghasilkan rare earth hidroksida. Kapasitas produksi hidroksida sebesar 50 kg per hari. Ditaksir harganya bisa mencapai US$230 per Kg. Namun biaya pilot project ini sudah mencapai Rp25 miliar.
Direktur Utama PT Timah Tbk, Riza Pahlevi, memberi sinyal bahwa potensi ini dapat dikerjasamakan dengan pihak lain yang berpengalaman. Ia bahkan membentuk tim khusus untuk menggarap potensi REE.
“Sudah ada tim khusus yang menangani ini. Jadi kami bersama BATAN dan tekMIRA punya pilot plan pengolahan monasit untuk memisahkan unsur mineral radioaktif dengan unsur logam tanah,” ujarnya
Tidak hanya itu, ia juga telah membuat program sinergi konsorsium LTJ dengan Unpad, UI, ITB, BPPT, dan Balai Besar Logam. Konsorsium ini dibentuk untuk menghasilkan downstream industri berbasis rare earth di Indonesia.
“Saat ini, PT Timah sedang melaksanakan feasibility study (FS) untuk mengetahui skala ekonomis pabrik pengolahan monasit dan diharapkan dapat selesai pada akhir tahun ini,” pungkasnya
Agaknya China punya peluang besar meraup kandungan REE. di Indonesia. Perusahaan-perusahaan China makin dalam ‘mencengkram’ hilirisasi pertambangan pertambangan Nikel dan Timah
Salah satunya di provinsi Bangka Belitung. Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Djohan dalam webinar bertajuk “Peran Aktif Pemerintah Daerah dalam Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia” Selasa (23/6/2020) mengatakan, pemerintah provinsi Bangka Belitung sedang mengupayakan hilirisasi barang tambang timah. Namun hilirisasi tidak dilakukan dengan dengan PT Timah.
Hilirisasi dengan kerja sama antara perusahaan asal China Sinomach Heavy Equipment Group dengan BUMD PT Bumi Bangka Belitung Sejahtera (BBBS) dan PT Ration Bangka Abadi (RBA).
Penulis: Arief Setiyanto