IslamToday ID –Presiden Jokowi beberapa waktu lalu, mengundang para selebriti, seniman dan youtuber ke Istana, Selasa 14 Juli 2020. Mereka diminta untuk menjadi juru kampenye (Jurkam) sosialisasi protocol kesehatan.
Anji termasuk salah satu artis yang diundang Presiden Jokowi. Namun pada hari Sabtu (18/7), Musisi pencipta lalu Dia ini mengunggah postingan yang mengundang kecaman. Ia, memposting ulang foto jenazah pasien Covid-19 karya fotografer Josh Irwandi. Postingan Anji juga dinilai menyepelekan covid-19.
“Foto ini terlihat powerful ya. Jenazah korban cvd. Tapi ada beberapa kejanggalan. Dalam kasus kematian (yang katanya) korban cvd, keluarga saja tidak boleh menemui. Ini seorang Fotografer, malah boleh. Kalau kamu merasa ini tidak aneh, artinya mungkin saya yang aneh. Saya percaya cvd itu ada. Tapi saya tidak percaya bahwa cvd semengerikan itu. Yang mengerikan adalah hancurnya hajat hidup masyarakat kecil,” tulis Anji.
Postingan Anji lantas menuai kritik Pewarta Foto Indonesia (PFI). Selain itu, ia juga menerima teguran dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
“Di tengah maraknya informasi negatif, hoaks dan misinformasi yang cepat sekali viralnya, upaya literasi informasi sangat penting untuk mencegah infodemi di tengah pandemi, artinya sosialisasi dan edukasi informasi seputar COVID-19 masih diperlukan, kata Humas IDI, dr. Abdul Halik Malik (20/7/2020).
Anji akhirnya meminta maaf atas pernyataan- pernyataanya di publik yang mengundang kontroversi. Ia pernah mengatakan bahwa Covid-19 itu tidak berbahaya. Permohonan maaf ini disampaikan Anji melalui akun instagramnya @duniamanji pada Senin (20/7/2020).
IDI lantas melarang siapa saja berbicara Covid-19 tanpa data. Idi mengingatka agar semua pihak harus peduli dan paham jika penyakit ini berbahaya. Pasalnya, semakin hari jumlah kasus Covid-19 di Indonesia terus bertambah. IDI meminta orang-orang diminta tidak mencari sensasi atau popularitas dengan asal bicara soal corona.
“Ada yang bilang Covid-19 tidak berbahaya. Namun, kita harus bicara berdasarkan data. Datanya tidak bicara begitu. Ya, kadang-kadang ada orang yang ingin mencari popularitas ataupun perhatian, sama juga waktu zaman HIV dulu,” tutur Ketua Satgas Covid-19 IDI Profesor Zubairi Djoerban (20/7/2020).
IDI menegaskan, Covid-19 adalah persoalan yang sangat serius dan berbahaya bagi kesehatan. Sudah lebih dari 100 orang tenaga kesehatan Indonesia meninggal dunia akibat Covid-19. Terhitung pada tanggal 20/7/2020 jumlah dokter meninggal akibat Covid-19 mencapai 63 orang, sementara dari kalangan perawat ada 41 perawat yang meninggal dunia. Bahkan dari kalangan tenaga kesehatan Indonesia yang tertular Covid-19 relatif tinggi jumlahnya, mencapai 878 orang tenaga kesehatan.
Selian itu, penambahan kasus setiap harinya mencapai kebih dari 1000 kasus. Selasa (21/7/2020) pukul 12.00 WIB, diketahui ada 1.655 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Penambahan itu menyebabkan covid-19 di Indonesia menjadi 89.869 kasus.
Profesor Zubairi mengungkapkan, saat ini rumah sakit dan fasilitas kesehatan keteteran, sebab jumlah kasus yang terjadi setiap harinya selalu bertambah. Ia tidak memungkiri jika rata-rata pasien Covid-19 yang mengalami gejala ringan bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, 5% dari total kasus Covid-19 mengalami gejala yang serius dan membutuhkan ventilator, sementara dalam kasus yang lain akan menyebabkan korbannya meninggal dunia.
“Dari persentase tidak banyak, tapi dari angka banyak sekali,” jelas Zubairi.
Klaim Pemerintah
Sebenarnya, sebelum kontroversi yang di lontarkan Anji, ada beberapa pihak lain yang turut menyumbang pernyataan kontroversial. Pemerintah juga dinilai kerap mengeluarkan kebijakan dan pernyataan tanpa berdasar data. Misalnya penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada 31 Maret lalu dan juga pelonggarannya.
Selain itu, juga kebijakan new normal juga dinilai tanpa riset. Pemerintah sendiri yang menganulir istilah ini dan mengantikannya dengan istilah baru. Penggantian istilah ini lantaran istilah new normal, justru menimbulkan kesalahfahaman dan menyebabkan lonjakan kasus.
Namun pemerintah mengklaim kebijakannya telah melalui basis riset. Hal ini diungkapkan oleh Presiden Jokowi pada 24 Juni lalu.
“Setiap kebijakan-keijakan yang kami lakukan selalu berdasarkan pada data sains. Selalu juga meminta saran kepada para ahli. Metodenya akan dijelaskan Prof. Wiku Adisasmito,” ungkap Presiden Jokowi (24/6/2020).
Di tengah situasi pandemi Covid-19 semakin mengkhawatirkan pemerintah bahkan secara sengaja memangkas anggaran riset hingga Rp 40triliun. Pemangkasan dana riset ini tertuang resmi dalam Peraturan Presiden (Perpres ) No.54/2020 tentang perubahan postur APBN 2020. Bahkan dari semua kementerian dan lembaga anggaran riset dipotong paling tinggi yakni mencapai 94% dari semula Rp 42,1 triliun turun menjadi Rp 2,4 triliun.
Penulis: Kukuh Subekti