IslamToday ID –Merebaknya kasus Covid-19 di Indonesia hingga tahun ajaran baru 2020/2021 belum juga bisa dikendalikan. Pemerintah pun tidak menawarkan solusi lain kecuali melakukan pembelanjaran jarak jauh (PJJ). Sistem PJJ ini akhirnya membuat orang tua, mengeluh. .
Seperti dilaporkan cnbcindonesia.com (20/6/2020). Para orang tua yang selama ini terbiasa bisa beraktivitas lain sejak pandemi Covid-19 merasa repot untuk mengawasi, mengajar anak selama PJJ berlangsung dari rumah. Mereka memaksa pemerintah untuk segera membuka sekolah sebagaimana biasanya. Mereka mengaku tak akan takut dengan adanya virus Corona.
“Stop pembelajaran jarak jauh/ online untuk Pendidikan Dasar, khususnya di Sekolah Dasar @DPR_RI @ DPDRI !!! Secara psikologi anak2 seusia tersebut masih memerlukan pendidikan langsung dari gurunya. Inyong selaku ortu murid keberatan dg sistem pembelajaran online!! Cabut segera!, tulis seorang ibu yang terdapat dalam akun @Glagah_panutan.
Selain itu ada juga orang tua yang mengungkapkan bahwa tidak semua orang tua paham dengan sistem belajar online. Disamping ketiadaan uang untuk keperluan membeli kuota internet.
“Dengan adanya belajar online … tidak membuat anak2 kami mengerti dg materi pelajaran, malah menambah bodoh, malas, tidak disiplin… di rumah kami sbg ortu selalu direpotkan dg pekerjaan rumah, kebutuhan sehari-hari lagi masih direpotkan dg mengajarkan materi yg ada di buku tema kpd anak yg notabene itu bukan kapasitas kami … karena memang itu melampaui kemampuan kami,” tulis seorang ibu yang merasa terbebani dengan PJJ berbasis daring.
Orang Tua, Guru Keluarga
Memprotes pelaksanaan PJJ yang diadakan oleh pemerintah memang sah-sah saja. Namun tampaknya, tanggungjawab pendidikan perlu disadari kembali oleh para orang tua.
Pakar Pendidikan Nasional Dr. Adian Husaini pada sebuah seminar di Solo pada tahun 2019 silam pernah mengungkapkan bahwa orangtua harus bisa menjadi guru bagi anak-anaknya. Menurutnya, penting bagi orang tua untuk memahami bahwa tanggung jawab pendidikan bukanlah milik sekolah, madrasah, pesantren bahkan universitas.
“Yang perlu kita camkan adalah bahwa tanggung jawab pendidikan anak itu ada pada orangtua, bukan pada sekolah, pesatren atau universitas. Sehingga penting dan mendesak sekali pemahaman tentang bagaimana orangtua bisa menjadi guru keluarga,” tutur Adian (8/12/2019).
Adian mengungkapkan pentingnya penguasaan Islamic Worldview, yang menekankan pentingnya aspek ‘uswah hasanah’ atau keteladanan. Rasulullah sebagai suri tauladan yang baik pernah melakukan hal ini pada para sahabat dan terbukti mampu melahirkan generasi-generasi gemilang yang memimpin peradaban.
“Aneh sekali, jika orang tua yang sudah diberi amanah berupa anak-anak, tetapi tidak mau mencari ilmu, bagaimana cara mendidik anak yang benar. Padahal, di akhirat nanti, anak-anak itu akan menuntut hak mereka untuk mendapatkan pendidikan yang benar dari orang tuanya” ucap Adian dalam artikelnya yang berjudul ‘Pentingnya Pendidikan Guru Keluarga’ (15 September 2018) .
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa setiap orang tua sudah seharusnya memahami akan konsep ilmu dalam Islam. Sehingga para orang tua mampu mengarahkan anak-anaknya untuk bisa menempuh pendidikan dengan benar dan tepat.
Menurut Adian, orang tua seharusnya orang tua lebih dulu mengetahui definisi ilmu, adab menuntut ilmu dan jenis-jenis ilmu. Bahkan setiap orang wajib untuk menuntut ilmu. Namun kewajiban ini tidak aka nada artinya dimata orang tua tidak memiliki kesadaran akan pentingnya ilmu.
“Tidak sedikit berifikir bahwa kewajiban orang tua adalah cari uang untuk menyekolahkan anak. Ia tidak merasa berkewajiban untuk mencari ilmu agar bisa mendidik anak-anaknya dengan baik,” jelas Adian.
Adian juga menjelaskan tentang tanggungjawab sebagai seorang muslim yakni tentang kewajiban berdakwah. Oleh sebab itu setiap orang tua harus memahami tentang Fiqhud Dakwah yakni kesadaran untuk berjuang. Ia berpesan kepada para orang tua agar anak-anaknya kelak bisa berjuang dengan ilmunya untuk kepentingan dirinya, bangsanya serta umatnya.
“Jiwa pejuang inilah yang harus terus ditanamkan pada anak-anak, agar kehidupan mereka menjadi lebih berarti. Anak-anak kita bukan hasil evolusi species monyet, yang hidupnya hanya untuk makan dan bersenang-senang. Anak-anak kita adalah pewaris dan penerus perjuangan para Nabi yang misi utamanya adalah menegakkan kalimah Tauhid dan akhlak mulia,” pungkas Adian.
Penulis: Kukuh Subekti