IslamToday ID– Walikota Surabaya Tri Rismaharini mengklaim Surabaya telah menjadi zona hijau covid-19. Pakar Epidemiologi menilai penyataan Risma berbahaya dan rawan disalah artikan. Risma juga diminta untuk tidak menebar harapan palsu.
dr Windhu Purnomo Pakar Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair), menyesalkan pernyataan Risma. Menurutnya, Klaim Risma yang menyatakan Surabaya sudah Zona Hijau bisa disalahpahami oleh masyarakat. Selian itu Widhu menilai pernyataan Risma cenderung menyesatkan.
Widhu membenarkan jika staus zona hijau salah satunya didasarkan pada trurunya Rate of Transmission (RT). Namun faktanya, penururan di Surabaya hanya sehari. Padahal untuk menjadi zona hijau penurunan harus bertahan selama 14 hari berturut-turut. Ia mengungkapkan, RT dari Kota Surabaya masih fluktuatif. Terkadang di atas angka 1 dan pernah di bawah 1.
“Saya tahu (klaim zona hijau tersebut) dasarnya memang dari RT (Rate of Transmission) yang dikeluarkan dari Kemenkes tapi itu cuma sehari. RT kalau belum 14 hari berturut-turut ya belum (zona hijau),” kata Windhu, Senin (3/8/2020) dikutip dari tribunnews.com
Menurut Whidu , Seharusnya Risma dan Pemkot Surabaya mencermati angka tingkat kematian akibat Covid-19 . Pasalnya tingkat kematian akibat covid-19 di Surabaya masih tinggi ,bahkan dua kali dari angka nasional. Ia mengungkapkan, tingkat kematian Surabaya sangat tinggi, yakni 8,9 persen, padahal nasional kurang 4,5 persen. Sedangkan WHO targetnya 2 persen.
“Jadi tingkat keamanan Surabaya masih jauh,” ujar Windhu
Jika diklaim zona hijau, Windhu menganalogikan hijau di Kota Surabaya adalah hijau semangka.
“Jadi hijaunya di kulit tapi sesungguhnya dalamnya merah. Itu nanti malah menyesatkan, masyarakat akan keluyuran dan justru berbahaya,” lanjut Windhu.
Menurutnya, Risma terlalu tergesa-gesa mengklaim Surabaya telah menjadi zona hijau. Menurutnya, jangankan zona hijau, kondisi Surabaya bahkan masih jauh dari zona orange.
Ia menilai klaim Risma dapat menyesatkan masyrakat. Ia menyindir jika klaim zona hijau yang disampaikan Risam ibarat buah semangka. Disebut Zona hijau, namun fakta di dalamnya ‘merah’ dengan resiko tinggi.
“Jadi hijaunya di kulit tapi sesungguhnya dalamnya merah. Itu nanti malah menyesatkan, masyarakat akan keluyuran dan justru berbahaya,” tegas Widhu.
Ia Windhu meminta Pemkot Surabaya tidak memberikan harapan palsu. Sebab hal ityu akan sangat berbahaya. Masyarakat akan menganggap seolah-olah pandemic covid-19 telah berkahir. Padahal kondisi Surabaya sama sekali belum aman.
“Banyak masyarakat yang tidak patuh protokol kesehatan padahal di Surabaya sama sekali belum aman,” pungkasnya (AS)