IslamToday ID –Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengkungkapkan, jumlah keluarga miskin di Indonesia terus meningkat. Menurut muhajir, peningkatan ini disebabkan karena pernikahan antara keluarga miskin. Akibatnya muncul rumah tangga miskin baru.
“Sesama keluarga miskin besanan kemudian lahirlah keluarga miskin baru,” kata dia, kata Muhadjir saat menjadi pembicara inti dalam webinar yang digelar oleh Kowani, Selasa (4/8/2020). dikutip dari CNN Indonesia
Muhajir menambahkan, saat ini jumlah rumah tangga miskin di Indonesia mencapai 76 juta keluarga. Muhajir memandang perlu adanya upaya untuk memutus mata program pembekalan bagi para calon pengantin.Sebab menurutnya, pernikahan tanpa perencanaan rawan menjadi keluarga miskin baru.
Lanjutnya, program ini berupa perencanaan membangun keluarga. Program ini di ikuti oleh pasangan menikah. Ia menjelaskan, perencanaan pernikahan tidak hanya seputar cara menjalani pernikahan. Selain itu, juga tentang perencanaan memiliki keturunan, ekonomi, hingga perencanaan masa depan anak.
“Tentu saja harus dimulai dengan adanya perencanaan keluarga, karena itu harus ada bimbingan rumah tangga calon pengantin yang itu menjadi program utama Kemenko PMK,” imbuhnya.
Muhadjir mengungkapkan seharusnya program bimbingan pranikah mulai berjalan 2020. Namun program tersebut terpaksa ditunda lantaran pandemi virus corona (Covid-19).
Mengurai Perosalan Kemiskinan
Itang dalam Jurnal Tazkia, Vol 16 No 01 (2015) yang diterbitkan UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten, menyatakan bahwa, kemiskinan merupakan dampak dari proses pembangunan yang tidak mencapai target dalam sebuah perbaikan sosial. Menurutnya, Kemiskinan merupakan fenomena yang bersifat kompleks dan multidimensional. Secara konsepsional, kemiskinan dirumuskan sebagai suatu kondisi hidup yang serba kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Lanjutnya, Keminkinan membawa sejumlah dampak, seperti munculnya pengangguran, meningkatnya kriminalitas, buruknya kesehatan dan meningkatnya angka putus sekolah. Itang berpendapat, yang paling berbahaya dari persoalan kemiskinan, ialah buruknya generasi penerus.
Itang berpendapat, penyebab kemiskinan dikarenakan sejumlah faktor. Secara Makro kemiskinan muncul karena adanya perbedaan pola kepemilikan sumber daya sehingga menyebabkan ketimpangan pendapatan. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya terbatas dengan kualitas yang rendah.
Kedua, Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia. Rendahnya kualitas sumber daya manusia menyebabkan produktivitas juga rendah, diupah dengan nilai yang rendah. Ketiga, kemiskinan muncul lantaran adanya perbedaan akses dan modal.
“Keterbatasan akses dan modal menyebabkan seseorang tidak memiliki pilihan untuk mengembangkan hidupnya. Sehingga i terpaksa menjalankan apa yang dapat dilakukannya, bukan yang seharusnya dilakukan,” ujar Itang
Sementara itu, Nunung Nurwati dalm Jurnal Kependudukan Padjadjaran, Vol. 10, No. 1, Januari (2008) menuturkan Berbagai upaya memang telah dilakukan untuk mengentasakan kemiskinan . Misalnya dalam wujud bantuan tunai langsung (BLT), raskin, Jamkes-mas, program IDT, BOS dan lai-lain. Namun demikian, faktanya upaya tersebut tidak dapat menghilangkan kemiskinan.
Pasalnya program yang digulirkan hanya bersifat proyek. Sejumlah program tersebut hanya bersifat sementara, artinya program tersebut akan berjalan selama masih ada anggaran (dana), setelah dana habis maka selesai pula kegiatan program.
“Dengan kata lain bahwa program-program kemiskinan yang selama ini dilaksanakan berdasarkan pada pendekatan projek,” ujarnya
Menurutnya, penyusunan kebijakan pengentasan kemiskinan perlu berbasis pada pada penggalian potensi yang ada di masyarakat. Artinya pengentasan kemiskinan perlu melibatkan peran serta masyarakat. Selain itu perlu juga dirumuskan strategi untuk keberlangsungan program. Sehingga tidak hanya bersifat sementara. (AS)