IslamToday ID –Slogan kerja, kerja, kerja yang sering dilontarkan Presiden Jokowi dinilai hanya ilusi. Buktinya, ekonomi Indonesia terus anjlok hingga minus 5,32 persen di kulatal II 2020.
Sebelujmnya, Kepala BPS Suhariyanto menyampaikan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 5,32 persen pada kuartal II 2020. Kondisi buruk ini merupakan yang pertama kali sejak kuartal I 1999 silam jika dilihat secara tahunan. Pada kuartal I 1999 silam, ekonomi tercatat minus 6,13 persen.
Suharyanto mengatakan ekonomi Indonesia kuartal II 2020 juga berbanding terbalik dengan kuartal II 2019 yang masih tumbuh 5,05 persen. Begitu pula jika dibandingkan dengan kuartal I 2020 yang masih tumbuh meski anjlok sebesar 2,97 persen.
“Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 alami kontraksi 5,32 persen dan kumulatif semester I 2020 kontraksi 1,26 persen,” katanya dikutip dari cnnindonesia
Menurut Presiden Jokowi jatuhnya ekonomi Indonesia ke minus 5, 32 persen merupakan imbas dari jatuhnya sektor pariwisata. Mengutip data BPS, Jokowi menyampaikan wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia pada kuartal II 2020 turun drastic, 87,81 persen secara tahunan menjadi hanya 482 ribu kunjungan.
“Turunnya terkontraksi sangat dalam,” ungkap Jokowi dalam video conference, Kamis (6/8/2020).
Namun demikian, menurut Jokowi kondisi ini menjadi momentum yang tepat untuk memperbaiki diri. pemerintah berupaya merancang kembali kembali rute perjalanan, penentuan hub, super hub, hingga penggabungan perusahaan di sektor penerbangan dan pariwisata. Menurut Jokowi hal ini dilakukan agar pondasi ekonomi di sektor pariwisata dan transportasi semakin kokoh, baik, dan berlari lebih cepat.
Slogan Jokowi Hanya Ilusi
Direktur Eksekutif Center for Social Political Economic and Law Studies (Cespels), Ubedilah Badrun menilai, anjloknya ekonomi Indonesia ke minus 5,32 persen di kuartal II menunjukan buruknya kinerja Presiden Jokowi dan para menteri. Ia menilai realitas ekonomi ternyata tidak seuai dengan slogan yang digembar-gemborkan presiden Jokowi.
“Itu artinya slogan Jokowi “Kerja, Kerja, Kerja!” hanya ilusi, narasi tanpa ketaatan. Sebab, angka pertumbuhan ekonomi minus 5,32 persen itu maknanya tingkat produktivitasnya rendah,” ujar Ubedilah Badrun, dikutip dari RMOL. ID Kamis (6/8/2020).
Ubedilah menilai kinerja Presiden Jokowi maupun para di kabinet kerja selama ini sanat buruk. Hal itu terlihat dari rendahnya daya serap anggaran ketidak mampuan mengatasi dampak sosial ekonomi akibat Covid-19.
Anjloknya ekonomi Indonesia, rendahnya daya serap dan ketidak mampaun mengatasi dampak covid-19, memperjelas kondisi bahwa Presiden Jokowi dan para menteri tidak mampu mengelola ekonomi Indonesia. Mereka, menjadikan pandemik Covid-19 sebagai kambing hitam atas ketidakmampuan mengelola ekonomi.
“Jadi bukan semata-mata akibat Covid-19, tetapi tata kelola pemerintahan di tingkat elit leadershipnya bermasalah. Sehingga daya serap anggaran penanggulangan dampak Covid-19 juga rendah,” pungkas Ubedilah (AS)