IslamToday ID — Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bersyukur atas keputusan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang berani menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Ibukota Jakarta. Keputusan Anies dinilai akan meringankan beban tenaga kesehatan (nakes) dalam penanganan covid-19, sebab dinilai efektif dalam menekan penularan dan lonjakan kasus covid-19.
“PSBB ini antisipasi lonjakan kasus, memang tidak menolong total, tapi bisa meringankan beban nakes dan rumah sakit,” ujar Profesor Zubairi Djoerban, Ketua Satuan Tugas Kesiapsiagaan Covid-19 IDI, Kamis (10/9/) seperti dikutip dari CNN Indonesia
Per Rabu (9/9/2020) jumlah pasien positif Covid-19 di Jakarta bertambah 1.026 orang. Penambahan tersebut membuat kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta mencapai 49.837 orang. Jumlah kematian akibat Covid-19 di DKI Jakarta telah mencapai sebanyak 1.347 orang.
Tingginya angka penularan covid-19 dinilai membuat rumah sakit dan nakes kewalahan. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkapkan jika jumlah tempat tidur di rumah sakit, obat dan alat pelindung diri (APD) bagi para nakes mulai habis.
“Pada tanggal 8 September lalu, kapasitas tempat tidur, Alat Pelindung Diri (APD) hingga obat-obatan yang dimiliki DKI sudah dipakai 77 persen,” kata Anies, Rabu (9/9/2020).
Lanjut Anies, jika angka penularan tidak ditekan maka akan menyebabkan lonjakan pasien. Dampaknya rumah sakit akan kolaps dan menyebabkan krisis kesehatan semakin mengkhawatirkan..
Anis menuturkan Jakarta memiliki fasilitas kesehatan sebanyak 190 rumah sakit. Dari jumlah tersebut sebanyak 67 rumah sakit merupakan rumah sakit rujukan Covid-19. Pihaknya berusaha menaikan jumlah tempat tidur untuk pasien Covid-19 sebanyak 20 persen menjadi 4.807 tempat tidur.
Sementara kapasitas ICU di Jakarta saat ini ada 528 tempat dan sedang ditingkatkan menjadi 626 tempat tidur.
Menengok pertimbangan tersebut Profesor Zubairi setuju dengan proyeksi Anies dan keputusan yang diambil Anies. Ia sependapat jika PSBB Total tidak diberlakukan maka pada 17 September mendatang rumah sakit di ibukota akan kolaps karena over pasien Covid-19.
“Saya setuju dengan proyeksi gubernur, tanggal 17 September akan kolaps, ini amat serius, tanpa PSBB bisa gawat kita,” imbuhnya.
Tingkat Kematian Nakes Tinggi
Seperti dilansir kumparan.com 8 September 2020, Amnesty International mencacat terdapat 181 tenaga kesehatan (nakes) di Indonesia yang meninggal akibat Covid-19. Angka itu menempatkan Indonesia di peringkat 10 kematian nakes terbanyak akibat corona di dunia. Amnesty juga mencatat angka kematian tenaga kesehatan di Indonesia itu mencapai 2,47 persen kematian tenaga kesehatan akibat corona di dunia.
Dilansir mediaindonesia.com 2 Agustus 2020, Sekjen Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dedi Supratman mengungkapkan jumlah kematian nakes akibat covid-19 di Indonesia termasuk yang tertinggi di Asia Tenggara dan dunia, yakni mencapai 2,4%.
Berdasarkan Indeks Pengaruh Kematian Nakes (IPKN) karena covid-19 yang dibuat oleh tim Pandemic Talks, Indonesia mendapatkan nilai 223, yang berarti memiliki dampak kematian nakes terburuk di dunia.
Ini (IPKN) salah satu rujukan saja. Memang yang total kematian nakes yang tertinggi ialah Rusia 4,7%, sedangkan Indonesia 2,4%, tapi dia membandingkan dengan jumlah dokter per seribu populasi. Jadi, kalau di kita memang jumlah dokternya tidak sebanyak yang di Rusia dan masalah berikutnya lagi ialah distribusi sehingga kalau di indeksnya kita paling tinggi yang artinya, cukup mengkhawatirkan angka kematian terhadap tenaga medis/kesehatan,” jelas Dedi (AS)