ISLAMTODAY ID — Perekonomian Indonesia secara resmi memasuki jurang resesi pada kuartal III-2020. Hal ini karena, realisasi laju perekonomian pada kuartal III tercatat kembali minus, yakni 3,49 persen setelah sebelumnya sempat terperosok cukup dalam, yakni sebesar 5,32 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto memaparkan kontraksi perekonomian terjadi lantaran baik dari sisi permintaan maupun penawaran barang dan jasa masih mengalami penurunan.
Suhariyanto mencontohkan, pada kuartal III tahun ini masih terjadi penurunan tingkat produksi mobil hingga 68,47 persen, meski di sisi lain terjadi peningkatan produksi jika dihitung secara kuartalan, yakni sebesar 172,78 persen.
Dari sisi permintaan, penjualan mobil terjadi peningkatan hingga 362,17 persen jika dibandingkan dengan kuartal II lalu.
Meski demikian, bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu, jumlah penjualan mobil di kuartal III tahun ini masih merosot 59,30 persen.
“Untuk penjualan sepeda motor sepanjang kuartal III juga mengalami fenomena yang sama, naik 190,75 persen secara kuartalan, namun year on year (perbandingan tahunan) masih turun 46,14 persen,” ujarnya saat memberikan keterangan pers secara virtual, Kamis (5/11/2020).
Bila dilihat dari indikator lain, yakni produksi semen mengalami peningkatan 42,09 persen menjadi 18,01 juta ton pada kuartal III tahun ini.
Produksi semen merupakan indikator yang menunjukkan pergerakan sektor konstruksi. Meski demikian, bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu, nilai tersebut masih menurun 8,57 persen.
Kinerja sektor pariwisata pun belum pulih secara penuh. Jumlah wisatawan mancanegara pada kuartal III hanya sebanyak 474.062 kunjungan. Jumlah tersebut bahkan menurun 1,25 persen dibanding kuartal II.
Sementara jika dibandingkan tahun sebelumnya, kontraksi terjadi lebih dalam yakni 89,18 persen.
“Dan dampaknya tentu ke sektor-sektor pendukung pariwisata seperti tingkat okupansi hotel, restoran, industri makanan minuman, serta industri ekonomi kreatif,” jelas Suhariyanto, dikutip dari Kompascom.
Tanggapan Istana
Kantor Staf Presiden (KSP) menilai ada perbaikan perekonomian pada kuartal III/2020. Hal ini ditandai dengan kontraksi negatif terhadap produk domestik bruto (PDB) yang semakin mengecil.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal III/2020 PDB Indonesia minus 3,49 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Angka ini cenderung membaik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, di mana PDB tumbuh 5,05 persen.
Tenaga Ahli Utama Kedeputian III Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priyono menyatakan Indonesia sudah melampaui titik terendah dan mulai beranjak maju.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2020 memang masih negatif. Namun, angka negatifnya lebih kecil dibandingkan kuartal II-2020.
“Berikutnya, yang juga sangat penting adalah apa yang harus kita lakukan?” ujar Edy,” melalui keterangan resminya, Kamis (5/11/2020), dilansir dari Bisniscom.
Menurut Edy, saat ini pemerintah memiliki sejumlah program yang terncantum dalam strategi Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Selain itu, pemerintah terus mendorong belanja pemerintah.
“Fakta ini menjadi catatan positif karena sesuai dengan prinsip “counter cyclical”, artinya ketika perekonomian lesu, belanja pemerintah menjadi andalan utk mendorong perekonomian,” ujar Edy.
Edy menyebut, strategi pemerintah tersebut akan terus dilakukan selama perekonomian belum sepenuhnya pulih. Selain itu, kelompok menengah-atas perlu terus didorong untuk meningkatkan konsumsinya.
Sementara itu, Edy melanjutkan bahwa berdasarkan data BPS, sejumlah negara melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal III/2020 lebih baik dibandingkan dengan Indonesia. Negara tersebut adalah Tiongkok (4,9 persen), Taiwan (3,3 persen), Vietnam (2,62 persen).
Namun beberapa negara lain lebih buruk dibandingkan pertumbuhan Indonesia pada periode ini. Seperti Singapura (minus 7,0 persen) dan Meksiko (minus 8,58 persen)
“Terpenting adalah, pertumbuhan kita di kuartal III-2020 lebih baik daripada kuartal II-2020, sehingga menunjukkan bahwa secara bertahap kita bergerak menuju pemulihan ekonomi,” tandasnya.[IZ]