(IslamToday ID) – Konglomerat sekaligus adik Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, sebut ada motif politik dalam kasus ekspor benih lobster atau benur di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Menolak dikaitkan dengan kasus yang melibatkan mantan Menteri KKP Edhy Prabowo, pemilik kelompok bisnis Arsari Group ini mengeklaim sebagai pengusaha yang selalu patuh pada regulasi dan menghindari praktik-praktik bisnis curang.
“Saya menduga ada motivasi politik tertentu, untuk menjatuhkan nama keluarga kami. Kami sudah lama berbisnis, tidak pernah kami curang apalagi korupsi, apalagi melanggar peraturan-peraturan yang berlaku,” kata Hashim dikutip dari Kompas, Sabtu (5/12/2020).
Sosok Hashim sendiri beberapa kali dikaitkan dengan polemik ekspor benur lantaran perusahaannya, PT Bima Sakti Mutiara, jadi salah satu perusahaan yang mengajukan izin ekspor di KKP.
Hashim menyebut kasus dugaan korupsi Edhy tersebut seringkali dikaitkan dengan namanya serta kakaknya, Prabowo Subianto. Kata dia, keluarganya maupun Prabowo Subianto tak memiliki kaitan dengan pengaturan izin ekspor benih lobster tersebut.
Tak berhenti sampai di situ, anaknya yakni Rahayu Saraswati Djojohadikusumo yang mencalonkan diri sebagai Wakil Wali Kota Tangerang Selatan dari Partai Gerindra pun sangat merasakan dampak dikaitkannya kasus ekspor benur tersebut dengan keluarga Prabowo Subianto.
“Saya atas nama keluarga merasa sangat prihatin. Saya terus terang saja merasa dizalimi, saya merasa dihina, difitnah. Anak saya (Rahayu Saraswati) sangat merasakan,” kata Hashim.
Dirinya menegaskan bisnisnya tidak memiliki hubungan dengan perusahaan kargo yang diduga memonopoli ekspor benih lobster, PT Aero Citra Kargo (PT ACK). Sebab ada beberapa persyaratan yang belum dipenuhi perusahaan Hashim untuk mengekspor benur.
“Dan saya mau tegaskan, keluarga kami termasuk Pak Prabowo tidak ada kaitan dengan perusahaan itu (PT ACK),” kata sang pengusaha.
Malahan, lanjut Hashim, pihaknya baru mengetahui ada monopoli kargo dalam bisnis ekspor benur saat eks-Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
“Bahwa ada perusahaan namanya ACK, saya baru tahu Kamis lalu ada perusahaan izin kargo (PT) ACK. Dan terus terang saja kami sangat dirugikan dengan eksistensi perusahaan itu dan pelaku-pelakunya,” ungkap Hashim Djojohadikusumo.
Sedangkan alasan masuk bisnis lobster Hashim mengaku sudah cukup lama yakni di periode akhir tahun 1980-an. “Saya sudah bergerak di bidang kelautan 34 tahun, 34 tahun, tahun 1986. Kami pertama kali ekspor mutiara tahun 1989. Kami sudah berurusan dengan yang namanya KKP beberapa dasawarsa,” terangnya.
Dengan kata lain, dia menegaskan, perusahaannya sudah berkecimpung di sektor kelautan dan perikanan jauh sebelum politikus Partai Gerindra Edhy Prabowo ditunjuk menjadi menteri. [wip]