(IslamToday ID) – Gempa dengan kekuatan 6,2 SR yang mengguncang Kabupaten Mamuju dan Majene, Selawesi Barat (Sulbar) pada hari Jumat (15/1/2021) sedikitnya telah menewaskan 42 orang dan ratusan luka-luka.
Gempa yang dikhawatirkan memicu tsunami itu juga setidaknya telah merusak lebih dari 300 rumah dan dua hotel, serta meratakan rumah sakit dan kantor gubernur setempat. Gempa juga menyebabkan tanah longsor dan listrik padam di sejumlah wilayah.
Warga Mamuju, Muhammad Ansari Iriyanto (31) mengatakan warga panik dan mengungsi ke bukit-bukit terdekat. “Mamuju sekarang sepi, dan semua orang mengungsi ke gunung. Banyak gedung hancur dan orang takut tsunami,” katanya kepada Reuters seperti dikutip dari BBC, Sabtu (16/1/2021).
Warga lain, Syahir Muhammad mengatakan, “Sekarang hujan dan kami perlu bantuan.”
Sementara, Sukri Efendy (26) mengatakan, “Kami baru saja merasakan gempa susulan.”
Sampai Jumat siang, jaringan listrik dilaporkan ‘masih padam dan komunikasi seluler tidak stabil pada dua kabupaten tersebut.
Jumlah korban meninggal dikhawatirkan akan terus bertambah, karena beberapa laporan menyebutkan kemungkinan ada korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan gedung yang roboh.
Kantor berita AFP melaporkan, tim SAR di Mamuju sedang berupaya menolong beberapa pasien dan staf rumah sakit yang terjebak di bawah reruntuhan rumah sakit yang roboh. “Kami sekarang berusaha menjangkau mereka,” kata Arianto, salah seorang regu penolong, tanpa menyebutkan angka pasti orang-orang yang terjebak.
Di Mamuju, menurut BNPB, gempa menyebabkan kerusakan parah pada Hotel Maleo, kantor Gubernur Sulbar, serta RSUD Mamuju. Sebuah bangunan minimarket juga dilaporkan roboh. Jaringan listrik di wilayah itu juga dilaporkan mengalami pemadaman.
Sementara, di Kabupaten Majene, gempa menyebabkan longsor pada tiga titik di sepanjang jalan poros Majene-Mamuju, yang menyebabkan akses jalan terputus. Di wilayah itu dilaporkan pula setidaknya 300 unit rumah rusak dan jaringan listrik mengalami pemadaman.
Adapun jumlah orang yang mengungsi telah mencapai setidaknya 15.000 jiwa, yang tersebar di sejumlah desa. Mereka mengungsi tersebar di sejumlah tempat, antara lain Desa Kota Tinggi, Desa Lombong, Desa Kayu Angin, Desa Petabean, serta Desa Deking.
Lainnya, mereka mengungsi di sejumlah lokasi di Desa Mekata, Desa Kabiraan, Desa Lakkading, Desa Lembang, Desa Limbua di Kecamatan Ulumanda dan Kecamatan Malunda dan Kecamatan Sendana.
Berpotensi Tsunami
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meminta masyarakat di Mamuju dan sekitar wilayah Majene untuk mewaspadai gempa susulan sekaligus menjauhi area pantai. Ia mengatakan gempa yang terjadi di sekitar wilayah Majene termasuk gempa dangkal dengan pusat kedalaman 10 kilometer dari permukaan.
Sejak Kamis (14/1/2021) hingga Jumat (15/1/2021), BMKG sudah mencatat 28 kali gempa susulan. “Masih ada potensi gempa susulan berikutnya yang masih kuat. Bisa mencapai kekuatan seperti yang tadi terjadi (magnitudo) 6,2 atau sedikit lebih tinggi lagi. Itu karena kondisi batuan sudah digoncang dua kali (magnitude terkuat 5,9 dan 6,2), bahkan 28 kali, sudah rapuh,” kata Dwikorita.
“Pusat gempa ada di pantai memungkinkan terjadinya longsor bawah laut, sehingga masih atau dapat pula berpotensi terjadi tsunami apabila ada gempa susulan berikutnya dengan pusat gempa masih di pantai atau di pinggir laut,” tambahnya saat konferensi pers, Jumat (15/1/2021).
Dwikorita meminta warga untuk tidak hanya menghindari gedung-gedung, tapi juga area pantai untuk segera menyingkir jika terjadi gempa. “Tidak perlu menunggu peringatan dini tsunami, karena tsunaminya bisa sangat cepat,” ujarnya.
BMKG menganalisis gempa itu dikarenakan sesar naik Mamuju (Mamuju thrust) dan merupakan pengulangan dari dua gempa besar sebelumnya, yakni di tahun 1969 (magnitudo 6,9) dan 1984 (magnitudo 6,7).
Dalam awal informasi, BNPB menyebut sebanyak tiga orang meninggal dunia dan sejumlah bangunan di Mamuju, termasuk kantor Gubernur Sulbar roboh akibat gempa bermagnitudo 6,2 pada Jumat pukul 01.28 WIB.
Kantor berita Antara melaporkan bahwa bangunan kantor Gubernur Sulbar berlantai 4 nyaris rata dengan tanah.
Gedung Rumah Sakit Mitra Manakarra Mamuju juga roboh. Pasien yang selamat langsung dievakuasi ke lokasi yang dianggap aman. Mal Mamuju dan bangunan pusat perbelanjaan lainnya juga terlihat rusak di sejumlah bagian.
Kemudian data sementara menyebutkan gempa turut merusak sebanyak 62 unit rumah, 1 unit puskesmas, dan 1 kantor Danramil Malunda.
BPBD Majene menginformasikan longsor di 3 titik sepanjang jalan poros Majene-Mamuju sehingga menyebabkan akses jalan terputus. Hingga berita ini diterbitkan, petugas masih menyisir lokasi terdampak gempa guna mengevakuasi korban.
Merespons kondisi ini, BPBD setempat melakukan penanganan darurat, seperti penanganan korban luka, evakuasi, pendataan, dan pendirian pos pengungsian. Kebutuhan mendesak saat ini berupa sembako, selimut dan tikar, tenda keluarga, pelayanan medis dan terpal.
Sebelumnya, BPBD Majene menginformasikan warganya merasakan gempa kuat selama 5 hingga 7 detik. Gempa yang berpusat 6 km timur laut Majene, Sulbar membuat para warga panik. Kepanikan membuat mereka keluar rumah.
Hal serupa dirasakan warga Kabupaten Polewali Mandar. BPBD setempat menginformasikan gempa dirasakan warga cukup kuat sekitar 5 hingga 7 detik.
Berdasarkan analisis peta guncangan BMKG yang diukur dengan skala MMI atau Modified Mercalli Intensity, gempa magnitudo 6,2 ini memicu kekuatan guncangan IV – V MMI di Majene, III MMI di Palu, Sulawesi Tengah dan II MMI di Makasar, Sulawesi Selatan. Skala Mercalli tersebut merupakan satuan untuk mengukur kekuatan gempa. [wip]