(IslamToday ID) – Banjir yang melanda tujuh kabupaten/kota di Kalimantan Selatan (Kalsel) selama beberapa hari terakhir telah menewaskan lima orang dan membuat sedikitnya 112.700 orang lainnya terpaksa harus mengungsi.
Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan sebanyak 7 kabupaten/kota terdampak banjir itu terdiri dari Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kota Banjar Baru, Kota Tanah Laut, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Balangan, dan Kabupaten Tabalong.
BNPB menyatakan hingga kini terdapat 5 orang meninggal dunia akibat terdampak banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Kelima korban tewas itu ditemukan di Desa Hantakan.
Pihak berwenang memperkirakan korban akan bertambah lantaran masih ada puluhan orang lainnya yang belum ditemukan.
Sementara itu, banjir yang menerjang Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan menyebabkan tanah longsor hingga menewaskan 5 orang.
Menurut keterangan Bupati Tanah Laut Sukamta, tanah longsor terjadi di Desa Guntung Besar dan Gunung Keramaian Desa Panggung Baru, Kecamatan Pelaihari.
Hingga saat ini, tim SAR gabungan dari Pemda dibantu TNI-Polri, Basarnas dan unsur lainnya, serta relawan masih mencari korban yang diperkirakan terjebak longsoran tanah.
Berdasarkan data BNPB, sedikitnya 27.111 rumah terendam banjir di Kalimantan Selatan.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan telah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir pada hari Kamis (14/1/2021). Sampai saat ini BPBD juga masih melakukan pendataan titik pengungsian bagi masyarakat terdampak bencana banjir.
Sejauh ini, BNPB telah mendistribusikan bantuan logistik ke sejumlah posko darurat banjir di Kalimantan Selatan dengan rincian bantuan seperti ribuan paket makanan siap saji, lauk pauk, selimut, masker, tenda pelampung, hingga perahu.
Sementara itu, korban banjir di Desa Tunggul Irang, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar mengaku belum mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat. Warga pun secara swadaya mengevakuasi warga yang rentan.
Muhammad Nur Aidil Fitri, warga Tunggul Irang, mengatakan pihaknya mendirikan pengungsian, posko, hingga dapur umum di dataran yang tidak terendam air untuk kepentingan pengungsian.
“Kalau dari pemerintahnya secara langsung belum ada, malah yang membantu di sini masyarakat yang punya inisiatif untuk membantu. Swadaya yang banyak,” kata Aidil seperti dikutip dari CNN Indonesia, Sabtu (16/1/2021) sore.
Untuk kebutuhan evakuasi warga hanya mengandalkan perahu karet yang dimiliki warga setempat. Namun, karena jumlahnya kurang, warga menggunakan ban bekas. Perahu karet dan ban bekas tersebut juga digunakan untuk mendistribusikan makanan dari dapur umum. “Kadang ada yang hampir seharian belum makan,” kata Aidil.
Ia mengatakan warga terdampak banjir di daerahnya saat ini membutuhkan bantuan logistik berupa bahan pangan. Bantuan itu penting karena ketika banjir surut, mereka tidak memiliki pasokan bahan pangan. “Terutama kebutuhan konsumsi,” kata Aidil. [wip]