ISLAMTODAY ID — Kasus penipuan berbasis online di Indonesia masih saja kerap terjadi. Kali ini kasus penipuan berbasis online menimpa para nasabah sejumlah bank seperti BNI dan BCA. Para nasabah dicemaskan dengan maraknya akun bot palsu yang mengaku sebagi customer servis (CS) bank.
Salah satu kasus yang terbaru menimpa nasabah bank BCA yang dicemaskan dengan hadirnya akun bot palsu di twitter. Jumlah akun bot palsu tersebut bahkan jumlahnya mencapai 343 akun dalam waktu dua bulan.
“Peta jejaring penipu di twitter melalui Halo BCA palsu (ada 343 akun penipu dalam 2 bulan,” ungkap Founder Drone Emprit, Ismail Fahmi dalam hasil analisisnya yang diunggah melalui akun twitternya pada Senin (15/3/2021).
Ismail mengungkapkan berbagai kasus upaya penipuan kepada nasabah bukan kasus baru, hal itu merupakan sesuatu yang cukup lama. Modus penipuan online dengan mengaku sebagai CS bank misalnya. Bahkan sudah banyak peringatan diberikan, tetap saja insiden penipuan itu terjadi.
“Sudah banyak juga peringatan. Tetapi tetap saja upaya penipuan semakin marak, dengan korban yang terus berjatuhan,” jelas Ismail Fahmi.
Ismail Fahmi menjelaskan tren penipuan paling banyak lewat twitter dilakukan oleh akun yang mengatasnamakan Halo BCA dan LiveChat BCA. Dalam waktu sepekan terungkap setidaknya ada 160-an cuitan dalam sehari dengan keyword pencarian Halo BCA dan LiveChat. Dari cuitan tersebut sebagian diantaranya dilakukan oleh penipu.
Dari hasil analisis yang dilakukan pada tanggal 12-13 Maret tersebut berhasil diidentifikasi empat akun Halo BCA palsu paling aktif. Masing-masing mereka ialah @HaloBCA45886745 (105 engagements), lalu @HaloBCA943452526 (58 engagements), kemudian @qHal0BCA (53 engagements) dan akun @z1HaloBCA (49 engagements).
Ismail menerangkan bahwa aku CS palsu tersebut tidak terlalu memperdulikan jumlah followernya. Akun bot palsu tersebut bahkan tak jarang baru saja dibuat dengan jumlah follower nol.
“Penipu tidak butuh akun dengan banyak follower, karena nasabah bisa dikelabui dengan logo bank verified dan link ke WA,” paparnya.
Ia menambahkan banyak akun customer palsu milik perbankan itu sering kali mengarahkan korbannya ke DM atau WhatsApp. Kedua aplikasi pesan tersebut menjadi andalan bagi para penipu.
“Karena kalau sudah masuk dalam perangkap, “social engineering” level berikutnya bisa dilakukan dengan mudah,” tutur Ismail.
Ismail dalam paparannya lewat slide hasil analis Drone Emprit tersebut menggambarkan bahwa para nasabah ada dalam bahaya. Nasabah berada di tengah-tengah akun palsu dan asli. Bahkan dengan tingkat keaktifan yang luar bisa para akun bot membuat posisi nasabah berpotensi menjadi target penipuan.
“Nasabah yang panik, sangat beresiko. Peringatan supaya hati-hati sebelumnya, terlupakan,” terangnya.
Sepekan sebelumnya (6-12 Maret) Ismail pernah memberikan hasil analisisnya terkait kasus akun bot palsu di Bank BNI. Dalam kasus itu jumlah akun palsu lebih banyak lagi, dalam sepekan ada 113 akun palsu.
Ismail mengusulkan agar bank bisa melakukan upaya penyelamatan terhadap para nasabah. Dalam contohnya ia memberikan saran pada bank BNI. Ia mengatakan perlunya bank membuat bot untuk mendeteksi kemunculan reply dari akun penipu.
“Setiap ada reply dengan keyword (BNI LiveChat) dan bukan dari akun resmi @BNICustomerCare, otomatis reply postingan tersebut dengan peringatan kepada publik,” ucap Ismail.
“Misal: Sender @BNICustomerBot (Official Bot BNI). Pesan: Perhatian, pesan di atas ini kemungkinan dari penipu, tidak dikirim oleh Customer Care resmi BNI. Jangan diikuti permintaannya,” pungkas Ismail.
Penulis: Kukuh Subekti