(IslamToday ID) – Kisruh internal Partai Demokrat masih berlanjut. Kedua kubu, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Moeldoko masih bersitegang. Perang opini dan perang urat saraf terus dilancarkan masing-masing kubu.
Terkait hal itu, peneliti senior Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus menilai membuat peran oposisi di parlemen semakin tak berdaya. Sebab oposisi saat ini tinggal Partai Demokrat dan PKS.
“Saya kira sih iya, kisruh yang melanda Demokrat saat ini makin membuat peran oposisi di parlemen semakin tak berdaya. Bagaimana mengharapkan Demokrat bisa mengkritik kebijakan pemerintah di parlemen jika di saat bersamaan, ia sedang mengharapkan bantuan pemerintah untuk mengakhiri konflik di internal?” ujar Lucius seperti dikutip dari Sindo News, Sabtu (20/3/2021).
Ia berpendapat konflik internal yang sudah menjadi pengetahuan umum masyarakat juga membuat legitimasi Partai Demokrat sebagai oposisi cenderung melemah. “Karena bagaimana Demokrat mau bersuara tentang nasib rakyat di hadapan kebijakan pemerintah yang dianggap bermasalah, jika Demokrat sebagai parpol justru sedang berkonflik,” pungkas Lucius.
Sekadar diketahui, dualisme kepengurusan sebuah partai politik seringkali terjadi di Indonesia. Beberapa partai politik yang pernah mengalaminya di antaranya PPP, Partai Golkar, Partai Hanura, dan Partai Berkarya.
Kini, dualisme itu melanda Partai Demokrat setelah mereka yang kontra dengan AHY menetapkan Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat melalui Kongres Luar Biasa (KLB) di Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara beberapa waktu lalu. [wip]