(IslamToday ID) – Potensi nikel yang terdapat di Tanah Air dimana yang terbesar adalah di Sulawesi Tenggara harus betul-betul diamankan untuk kepentingan nasional dan kesejahteraan seluruh rakyat.
Hal itu ditegaskan oleh Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Mohamad Hekal seperti dikutip dari laman BUMN INC, Jumat (23/4/2021).
Apalagi, lanjutnya, saat ini sedang dibentuk holding industri baterai yang melibatkan empat BUMN, yakni Pertamina, PLN, Antam, dan Inalum.
“Potensi nikel di Indonesia sangat melimpah. Saat ini Tesla merupakan perusahaan mobil terbesar asal Amerika yang memiliki kecanggihan baterai yang belum terkejar oleh industri mobil lainnya. Nah, kita mau jadi pelopor di industri baterai karena kita punya bahan bakunya. Dan yang terbesar ada di Sulawesi Tenggara ini,” ujar Hekal.
Untuk itu, katanya, kekayaan alam tersebut harus didorong dan diamankan agar bisa dinikmati rakyat Indonesia berupa produk baterai.
Ia menegaskan agar potensi nikel di Indonesia harus diamankan dan ditingkatkan karena bentuk kemajuan Indonesia dalam industri baterai untuk kendaraan listrik dinilai bisa mendorong hilirisasi beragam bidang industri lainnya.
Hekal mengakui membutuhkan waktu transisi yang panjang untuk mengalihkan kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik, tetapi ancang-ancang sudah harus dipersiapkan mulai saat ini.
Sebagaimana diwartakan, Indonesia dinilai akan menjadi produsen baterai lithium dan mobil listrik terbesar di dunia, seiring besarnya pasokan nikel untuk pembuatan baterai lithium yang menjadi bahan utama pengembangan mobil listrik.
“Indonesia punya kandungan nikel yang luar biasa banyak. Seharusnya Indonesia bisa menguasai salah satu rantai pasok baterai lithium dan pengembangan mobil listrik dunia,” kata Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Pengusaha Nasional, Arsjad Rasjid beberapa waktu lalu.
Arsjad yang juga calon Ketua Umum Kadin Indonesia periode 2021-2026, menyatakan bahwa pengembangan mobil listrik akan menimbulkan efek domino dan meningkatkan peran pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) pada industri otomotif dalam negeri.
“Apa yang telah dicanangkan Presiden Jokowi untuk mengembangkan industri baterai lithium dan mobil listrik adalah ide yang luar biasa. Kita harus siap kalau ingin berkembang dan berkompetisi. Kita bisa leading,” ujar Arsjad.
Namun, ia mengingatkan bahwa ada tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemain terdepan dalam industri mobil listrik dunia.
Selain memiliki sumber daya alam melimpah berupa nikel, Indonesia juga harus melengkapi diri dengan sumber daya manusia (SDM) berdaya saing tinggi, memanfaatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN), dan membeli teknologi dari luar negeri untuk dikembangkan di Indonesia.
Sebelumnya, Senior Vice President Corporate Secretary PT Aneka Tambang (Antam) Kunto Hendrapawako mengatakan Indonesia Battery Corporation (IBC) akan memperkuat pertumbuhan kinerja positif PT Aneka Tambang (Persero) Tbk dalam menjalankan bisnis pertambangan mineral, terutama feronikel.
“Dalam rantai ekosistem electric vehicle battery, Antam berkomitmen untuk menyuplai kebutuhan bahan baku,” kata Kunto.
Bertahan 39 Tahun
Sebenarnya berapa besar kekayaan nikel Indonesia? Apakah cukup untuk membangun pabrik baterai ke depannya?
Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Yunus Saefulhak mengatakan cadangan terbukti nikel Indonesia saat ini mencapai 1,08 miliar ton dan ini hanya bisa bertahan sekitar 9 tahun.
Sementara untuk cadangan terkira, menurutnya, mencapai 4,5 miliar ton dan ini cukup untuk diproduksi hingga 39 tahun.
“Cadangan terbukti (proven reserves) itu 1,08 miliar ton. Kalau kita lakukan dengan produksi yang sekarang itu, umurnya hanya 9 tahun. Tetapi berdasarkan cadangan terkira itu 4,5 miliar ton, sehingga bisa sampai 39 tahun,” papar Yunus, Rabu (28/10/2020), seperti dikutip dari CNBC Indonesia.
Dengan cadangan sebesar ini, menurut Yunus, Indonesia punya cadangan nikel terbesar di dunia. Produksinya pun juga terbesar di dunia. Selain nikel, Indonesia juga kaya akan mangan dan kobalt.
Adanya sejumlah potensi kekayaan mineral yang dimiliki Indonesia ini menjadikan cita-cita Indonesia menjadi produsen baterai nomor satu bukan hal yang mustahil.
“Kita ini punya nikel terbesar di dunia ya, produksinya juga terbesar di dunia. Dan kita punya mangan, punya kobalt, maka cita-cita negara kita menjadi nomor satu industri baterai dunia ketika mobil listrik itu ada di kita, maka tentunya pemerintah melakukan kebijakan untuk menyetop namanya ekspor nickel ore,” jelas Yunus.
Pelarangan ekspor ini hanya untuk bijih nikel, karena ke depannya pemerintah akan mendorong ekspor produk hilir nikel, sehingga nilai jual menjadi lebih tinggi dibandingkan ketika ekspor bijih.
“Boleh ekspor, tapi produk-produk yang sudah barang jadi, salah satunya tentunya ke depan adalah baterai,” ujarnya.
Bangun Pabrik Baterai
Pemerintah Indonesia kini tengah mendorong pembangunan hilirisasi industri nikel menjadi baterai hingga mobil listrik, terutama karena banyaknya sumber daya nikel di Tanah Air. Hal ini sangat beralasan pemain kendaraan listrik seperti Tesla berminat membangun pabrik baterai di Indonesia.
Setidaknya ada tiga perusahaan baterai mobil listrik kelas dunia selain Tesla akan berinvestasi membangun pabrik baterai mobil listrik hingga mobil listrik, antara lain Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) asal China, LG Chem asal Korea Selatan, dan Hyundai asal Korea Selatan. Tak tanggung-tanggung, jumlah investasi yang akan digelontorkan berpotensi mencapai 20 miliar dolar AS.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bahkan mengatakan adanya sumber daya mineral yang melimpah di negara menjadi kunci dalam pembangunan pabrik baterai hingga mobil listrik ke depannya.
“Untuk Anda yang lebih muda lagi, kita tahu Indonesia ini kaya. Kita punya semua cadangan mineral untuk menjadi pemain kunci di industri baterai lithium, seperti lithium, cobalt, nikel, mangan, aluminium, copper (tembaga), dan graphite,” katanya, Senin (19/10/2020). [wip]