IslamToday ID –Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan menyebut Ketua KPK Firli Bahuri memliki peran dalam penonaktifan75 pegawai dan pelaksanaan tes wawasan kebangsaan (TWK).
Pasalnya, semula tes tersebut tak masuk perencanaan dalam peralihan pegawai KPK menjadi ASN. Dan hal ini membuat Novel curiga terhadap keputusan Firli Bahuri yang tiba-tiba memasukan TWK dalam peraturan komisi ( Perkom ) KPK.
“Pimpinan yang menghendakinya itu adalah ketua KPK Firli Bahuri. Oleh karena itu, ini yang menjadi kecurigaan kami hingga kemudian pada saat perkom tersebut dimasukkan poin itu, tidak waktu lama kemudian disampaikan ke Kemenkumham untuk segera disahkan, dimasukan dalam lembaran negara dan kemudian ketika akan pegawai ingin mengetahui hal-hal tersebut, nampaknya seperti tidak dibuka dengan transparan,” katanya dalam tayangan Youtube Refly Harun pada Selasa, (18 Mei 2021).
Menurut Novel, Firli Bahuri tidak pernah mengatakan bahwa akan ada yang disingkirkan dan TWK itu hanya sebuah tes biasa. Oleh sebab itu, Pegawai KPK mengikuti proses yang diminta yaitu tes tertulis dan tes wawancara.
Namun sesaat setelah tes, Novel merasakan ada keanehan dalam proses wawancara tersebut. Dalam pandangannya, ia melihat seperti ada membenturkan seolah-olah seorang ASN harus nurut kepada atasan terkait masalah integritas.
“Contoh begini saya ditanya ketika menjadi ASN bagaimana kalau diintervensi oleh seorang pejabat ASN di luar KPK , saya katakan intervensi itu tidak boleh. Kalau intervensi dalam penyidikan itu bisa menjadi menghalang-halangi penyidikan sedangkan seorang ASN harus taat peraturan undang-undang kalau ada dugaan tindak pidana wajib untuk melaporkan, ini salah satu contoh,” jelasnya.
Dan dalam analisisnya, tes tersebut memang disengaja untuk memberhentikan pegawai KPK yang memiliki integritas dan menangani kasus-kasus besar.
“saya yakin tidak lulusnya itu bukan karena tes, saya saya yakin tidak lulusnya karena memang ditarget. Ditarget untuk tidak lulus untuk upaya disingkirkan. Kenapa bisa begitu ?karena tadi yang pertama ada upaya dengan sungguh-sungguh dengan sistematis untuk memasukkan norma seolah-olah harus ada tes asesmen.” ujarnya
Diframing Radikal
Kemudian, Novel menyebutkan pegawai yang tak lolos dalam tes TWK tersbut seolah di framing dengan radikal dan seolah ‘dijebak’ . Tak hanya itu, pegawai yang tak lolos ini juga dipandang sebagai orang-orang yang bermasalah dalam nasionalisme maupun Pancasilais.
“Satu hal yang penting yang saya lihat bahwa ada sebangsa framing yang dibentuk, seolah olah kami yang sudah ‘dijebak’ , seolah-olah kami adalah orang-orang yang tidak lulus dalam suatu mekanisme tes dibikin persepsi , seolah-olah kami adalah orang-orang yang bermasalah dalam nasionalisme maupun Pancasilais”
“Padahal kami jelas menunjukkan sikap yang pengabdian kepada negara yang luar biasa kenapa memberantas korupsi itu musuhnya banyak kami ambil resiko itu untuk kepentingan negara dan ternyata kamu justru malah di Framing dibuat seolah-olah radikal dan lain-lain,”
Penulis Kanzun