(IslamToday ID) – Nilai utang PT PLN (Persero) saat ini cukup fantastis, yakni mencapai Rp 500 triliun. Hal itu dikarenakan kewajiban (liabilitas) yang membengkak pada 2020.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini pernah mengatakan bahwa utang perusahaan membengkak sejak 2019. Dari di bawah Rp 50 triliun pada lima tahun sebelumnya, menjadi hampir mencapai Rp 500 triliun.
Zulkifli mengatakan utang tersebut digunakan untuk pembangunan infrastruktur kelistrikan seperti pengerjaan proyek 35.000 MW. PLN melakukan utang karena tidak memiliki pendapatan yang cukup, sehingga membengkak setiap tahunnya.
“Lima tahun terakhir ini PLN membiayai investasinya itu dengan utang, sehingga lima tahun yang lalu utang PLN secara minimal nggak sampai Rp 50 triliun. Tapi karena utang tiap tahun Rp 100 triliun Rp 100 triliun, ya maka utang PLN di 2019 kemarin mendekati Rp 500 triliun,” kata Zulkifli dalam rapat dengar pendapat (RDP) di Komisi VI DPR RI, 25 Juni 2020 lalu.
Utang PLN sejak tahun 2015 terus mengalami peningkatan hingga 2017. Pada 2015, penambahan pinjaman (additional loan) sebesar Rp 18,7 triliun, kemudian di 2016 sebesar Rp 22,4 triliun, dan di 2017 sebesar Rp 42,5 triliun.
Jumlah itu melonjak lebih dari 10 kali lipat pada 2020, di mana perseroan memiliki utang sebesar Rp 649,2 triliun. Jumlah itu berasal dari utang jangka panjang perusahaan listrik negara itu mencapai Rp 499,6 triliun, dan utang jangka pendek Rp 149,6 triliun.
Mengutip laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan di situs PLN, utang jangka panjang didominasi oleh utang obligasi dan sukuk ijarah Rp 192,8 triliun, dan utang bank Rp 154,48 triliun. Sementara utang jangka pendek didominasi oleh utang usaha pihak ketiga Rp 30,6 triliun, dan utang bank Rp 18,8 triliun.
Vice President Corporate Communication and CSR PLN, Agung Murdifi mengatakan kenaikan liabilitas PLN di 2020 disebabkan naiknya utang sewa akibat implementasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 73 dan perubahan pendapatan biaya penyambungan sehubungan dengan implementasi PSAK 72.
“Dalam konteks pengelolaan utang (interest bearing debt), saldo utang (interest bearing debt) jangka panjang tahun 2020 lebih rendah dibandingkan tahun 2019,” katanya seperti dikutip dari Detikcom.
Sementara itu, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, pihaknya terus berupaya untuk menyehatkan kondisi keuangan PT PLN yang saat ini memiliki utang hingga Rp 500 triliun.
Oleh sebab itu, salah satu langkah yang diambil adalah dengan meminta PLN untuk memangkas belanja modal (capital expenditure/capex) hingga 50 persen.
“PLN itu utangnya Rp 500 triliun, tidak ada jalan kalau tidak segera disehatkan. Salah satunya, itu kenapa sejak awal kami meminta capex PLN ditekan sampai 50 persen,” ujarnya dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (3/6/2021).
Menurutnya, kini PLN telah berhasil melakukan efisiensi dengan menekan capex hingga 24 persen atau sekitar Rp 24 triliun. Langkah ini pun mampu mendorong arus kas keuangan PLN menjadi lebih sehat.
Negosiasi Ulang dengan Kreditur
Selain memangkas capex, penanganan utang yang besar itu dilakukan pula dengan meminta PLN melakukan negosiasi ulang kepada pihak kreditur untuk bisa mendapatkan bunga yang lebih rendah. “Alhamdulillah dari PLN sendiri sudah tercapai negosiasi Rp 30 triliun,” imbuhnya.
Upaya lainnya, lanjut Erick, dengan meminta PLN untuk melakukan negosiasi pembelian listrik take or pay senilai Rp 60 triliun. Ia bilang, berdasarkan laporan terakhir, PLN berhasil melakukan negosiasi hingga Rp 25 triliun.
“Laporan terakhir sudah Rp 25 triliun dan masih ada Rp 35 triliun, tapi tanpa dukungan kementerian lain, seperti contoh kompensasi PLN, itu hari ini diketok baru dibayar dua tahun lagi, itu ada cost-nya Alhamdulilah sekarang sudah dibayar enam bulan,” katanya.
Menurut Erick, sejumlah langkah yang dilakukannya untuk menyehatkan kinerja PLN telah berdampak positif untuk menyehatkan keuangan PLN. Dalam hal ini, katanya, diperlukan pula dukungan DPR untuk melakukan transformasi BUMN. Sepanjang 2020, PLN tercatat mengantongi laba bersih sebesar Rp 5,9 triliun.
Capaian itu naik 38,6 persen dibandingkan laba bersih tahun sebelumnya yang sebesar Rp 4,3 triliun. Dengan langkah efisiensi dan penghematan yang dilakukan, PLN mampu menurunkan beban usaha cukup signifikan senilai Rp 14,4 triliun, dari yang semula sebesar Rp 315,4 triliun di 2019 menjadi sebesar Rp 301 triliun di 2020.
Tokoh NU Umar Hasibuan atau yang dikenal Gus Umar menyindir pernyataan Menteri BUMN Erick Thohir terkait utang PLN yang mencapai Rp 500 triliun.
Melalui cuitan di Twitter pribadinya yang di unggah Kamis (3/6/2021), Gus Umar menyampaikan kritikannya terhadap Erick Thohir melihat utang yang besar itu.
“Jadi BUMN mana yang gak ada hutang Pak Menteri @erickthohir?” tulis Gus Umar.
Dalam cuitannya yang lain, tokoh NU itu juga turut menyinggung soal utang PT Garuda Indonesia (Persero) dengan perbandingan utang PT PLN saat ini.
“Santai utang Garuda belum sampai 500 T seperti PLN,” tulis Gus Umar.
“Utang saja lagi Garuda sampai 500 T kayak PLN. Biarkan kami rakyat yang bayar nanti,” cuitnya meledek. [wip]