(IslamToday ID) – Kasus Covid-19 makin mengganas di Jawa Tengah dan DIY. Bahkan, desa, perkantoran, pabrik, hingga kampus terpaksa ditutup sementara karena corona.
Bupati Pati, Haryanto mengungkapkan sebanyak 652 karyawan PT Dua Kelinci yang berada di wilayah Margorejo, positif Covid-19. Menurutnya, sebanyak 114 orang diantaranya berasal dari Kudus. Rata-rata mereka menjalani isolasi mandiri di rumah. 22 Orang isolasi di kantor dan 2 orang dirawat di rumah sakit.
Kemudian, sebanyak 16 orang yang terdiri dari hakim dan ASN di Pengadilan Negeri (PN) Semarang, Jawa Tengah, positif juga Covid-19. Akibatnya, PN Semarang kini menerapkan work from home (WFH).
“16 OTG (orang tanpa gejala). Hakim, panitera pengganti dan staf,” kata Humas PN Semarang, Eko Budi Supriyanto saat dimintai konfirmasi seperti dikutip dari Detikcom, Kamis (17/6/2021).
Sedangkan kasus positif Covid-19 di DIY kembali mencatatkan rekor. Data kasus harian Covid-19, Kamis (17/6/2021) di DIY mencatat 595 kasus dengan 235 kasus disumbang dari Sleman.
“Total kasus positif mencapai 595 kasus, sehingga total terkonfirmasi mencapai 50.746 kasus. Sedangkan yang sembuh ada 270 kasus dengan total sembuh 44.843 kasus,” kata Kabag Humas Biro Umum, Humas, dan Protokoler Ditya Nanaryo Aji.
Sebanyak 14 pegawai Pemkot Yogyakarta positif Covid-19. Dua kantor dinas atau organisasi perangkat daerah (OPD) terpaksa ditutup sementara.
“Hari ini jumlah pegawai di Pemkot Yogyakarta ada 14 yang terkena positif (corona),” kata Wakil Walikota Heroe Poerwadi, Kamis (17/6/2021).
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menilai tidak ada cara yang lebih tepat selain karantina wilayah atau lockdown secara total ketika pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro tak cukup menanggulangi masifnya penyebaran Covid-19.
Sultan menyebut, PPKM berbasis mikro didesain membatasi kegiatan masyarakat dari tingkat terkecil, yakni RT dan RW. Namun dirinya melihat kebijakan ini belum mampu mengendalikan penyebaran Covid-19 di DIY.
Buktinya, kasus harian Covid-19 di DIY justru melonjak sepekan ini. Bahkan mencapai rekor tertingginya pada 16 dan 17 Juni 2021 kemarin dengan total penambahan melebihi 1.000 kasus.
“Kalau gagal kurang apa lagi? Kita belum tentu bisa cari jalan keluar. Satu-satunya cara ya lockdown totally,” kata Sultan di kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Jumat (18/6/2021).
“Kita kan sudah PPKM mikro, ini kan sudah bicara nangani di RT/RW, pedukuhan, kalau itu gagal mobilitasnya seperti ini kalau weekend ya terus mau apa lagi, ya lockdown,” sambungnya seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Sultan menyadari kenaikan angka kasus terjadi secara global. Tidak hanya di Indonesia atau DIY saja. “Saya nggak ngerti ini kenapa. Tidak hanya kita. Malaysia lockdown, Singapura lockdown, jadi mungkin grafiknya memang fluktuatif, tidak ada peak,” tuturnya.
Terlepas dari itu, Sultan beranggapan kunci pencegahan penyebaran Covid-19 tak lain adalah menegakkan protokol kesehatan.
Ditambah kebijakan PPKM mikro terbaru di DIY dengan strategi lebih mengetatkan pengawasan dan perizinan kegiatan masyarakat.
Pengawasan yang lebih diperketat ini dirasa Sultan perlu. Mengingat kini tren penularan cenderung terjadi antar anggota keluarga dan tetangga.
“Menyelenggarakan aktivitas masyarakat (izin dan pengawasan) tidak cukup keputusan kelurahan. Harus kapanewon (kecamatan) juga ikut. Dengan harapan makin ketat. Tapi kalau tembus lagi kurang apa lagi. Kita kan jadi sulit selama masyarkat sendiri tidak mengapresiasi dirinya sendiri untuk disiplin,” imbuhnya.
Langkah pemberlakuan karantina wilayah atau lockdown total bagi Sultan memungkinkan jika tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 sudah terlampau tinggi.
Sementara, berdasarkan data terakhir dari Dinas Kesehatan DIY, tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit rujukan Covid-19 per 17 Juni 2021 petang telah mencapai 73,90 persen untuk kategori non critical dan critical. “Lha kalah terus, BOR tidak mampu lagi mau apa?” tutup Sultan. [wip]