IslamToday ID — Eks Petinggi Kementerian BUMN Muhammad Said Didu mengatakan alasan pemerintah tidak memilih lockdown selama ini adalah karena tidak memiliki dana untuk mengcover biaya kehidupan seluruh masyarakat Indonesia ketika menerapkan lockdown.
Pasalnya pemerintah memang memiliki kewajiban membiayai masyarakat ketika lockdown, hal ini sesuai dengan konstitusi negara.
“Pemerintah selalu menghindari kata lockdown karena tidak ada uang sebenarnya. jadi sekarang menurut saya sudah berat sekali karena untuk melakukan lockdown butuh dana besar , sementara uang tidak ada dan harus sudah mengutang,” ucap Said Didu dalam kanal Youtubenya, Sabtu (26/06/2021).
Said Didu juga menyebutkan lonjakan kasus pandemi di Indonesia diakibatkan pemilihan kebijakan yang salah. Pasalnya, pemerintah selalu mengutamakan ekonomi daripada kesehatan bangsanya.
Menurutnya, bila pemerintah memilih mementingkan kesehatan dan melakukan lockdown sejak awal 2020, maka Indonesia sekarang akan seperti beberapa negara yang berhasil menghilangkan pandemi. Dan dalam pandangannya, ini adalah dampak dari ketidak tegasan kebijakan pemerintah.
“Negara-negara lain yang yang tegas sekali menyelamatkan dan mengabaikan dulu ekonomi itu selesai .amerika bergembira, Italy bergembira Belanda bergembira nonton bola orang di Eropa sudah tidak pernah pakai masker. Karena tegas,” ujar Said Didu.
“Kita karena tidak tegas uang habis tapi covid tidak hilang. Nah ini menurut saya dampak daripada ketidaktegasan untuk mengambil sikap,” sambungnya.
Pentingkan Oligarki
Selain itu, Said Didu menilai keputusan pemerintah dipengaruhi oleh para oligarki untuk tidak melakukan lockdown. Dalam pandangannya, pemerintah selalu mengutamakan bisnis milik para oligarki tersebut. Sehingga dampaknya pun, rakyat semakin menderita, karena keegosian pemerintah.
“Banyak sekali orang yang tidak mau melakukan lockdown karena bisnisnya dipikirkan, nah itulah bahayanya oligarki. Oligarki dalam pengambilan keputusan, karena sebenarnya pejabat ini mementingkan bisnis setia dan bisnis teman-teman-nya. Sehingga melarang lockdown. Akhirnya negara sekarang sudah kehilangan Rp 800 triliun, di korupsi pula ya kan , tapi Covid tidak hilang,” jelasnya.
Untuk itulah, Said Didu berharap, pemerintah dapat menggunakan hati nurani dalam memimpin Indonesia. Agar Indonesia tidak semakin terpuruk dalam penanganan pandemi Covid-19.
“Nah itulah pengambil kebijakan itu betul2 harus hati yang jernih dan mendapatkan petunjuk dari yang Maha Kuasa agar pengambilan keputusannya tepat,” sebutnya.
Sepelekan Covid
Tak hanya itu, Said Didu mengaku kecewa terhadap sikap pemerintah dalam merespon Pandemi pada saat pandemi belum memasuki Indonesia. Saat itu, para menteri seolah menganggap remeh virus Corona. Seperti yang terjadi pada mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
“Ingatkah kita di awal-awal pandemi, semua menteri melecehkan covid . Nah itu menurut saya yang mungkin Tuhan juga marah. Itu mungkin Tuhan marah sehingga tidak pernah hilang covidnya,”
Penulis Kanzun