IslamToday ID– Pemerintah dinilai meninabobokan masyarakat dengan menutup-nutupi kenyataan seolah-olah tidak ada yang salah dalam pengendalian covid-19. Hal ini diungkapkan Pengkaji Kebijakan & Inovasi, IPMI Business School dan Research Affiliate Harvard Kennedy School, Sidrotun Naim.
“ Biar rakyat tidak panik, Yang buruk-buruk jangan disampaikan, Kalau krisis itu justru jangan ditutupi , itu sebuah kesalahan besar, seperti meninabobokan,”ujar Sidratun Naim, dalam video Youtube, Minggu (11/07/2021)
Menurutnya, masyarakat perlu mengetahui apa yang tengah terjadi. Pemerintah seharusnya tidak perlu menyembunyikan krisis yang terjadi.
Namun sayangnya pemerintah malah mebuat penanganan covid-19 ini terlihat bisa dikontrol atau under control. Menurutnya hal ini sangat fatal, karena mengakibatkan masyarakat tidak memiliki sense of crisis atau kepekaan dalam pandemi ini.
Akibatnya, ketika pemerintah melakukan pembatasan kegiatan, banyak masyarakat yang tidak peduli hal ini di karenakan sense of crisis yang memang tidak ditumbuhkan oleh pemerintah.
“Krisis ini bersifat nasional tetapi sense of crisis dari pemerintah ini missleading. Dari krisis, kita belajar bahwa kalau terjadi krisis itu jangan ditutupi, publik malah harus diedukasi terkait apa yang harus dikerjakan,” ucap Sidratun Naim.
“ ini beneran nasional tapi, sehari-hari kadang komunikasi, yang kita dengar semua masih under control , kalau orang dikasih under control jangan salahkan rakyat ya. Kalau rakyatnya merasa nyaman ,saya sudah biasa mulai longgar, nggak usah panik,” tambahnya.
Naim menyebutkan pemerintah harus segera memperbaiki diri dan membangun komunikasi yang betul-betul efisien dan efektif dengan seluruh pemangku kepentingan. Pasalnya, banyak sekali masalah yang justru disebabkan oleh pemerintah sendiri.
Bahkan ia mengatakan ada kemungkinan bahwa ketiadaan sense of crisis ini juga ada di dalam pihak pemerintah sendiri.
Salah satu contohnya adalah perbedaan penanganan covid-19 antara Jawa-Bali dan luar Jawa-Bali. Penanganan covid-19 di luar Jawa-Bali pemerintah seolah tak serius, dan hanya memikirkan kasus di Jawa-Bali saja.
Padahal, lonjakan daerah kecil juga berpotensi menimbulkan lonjakan kasus covid-19. Karena seluruh daerah sudah terkoneksi, dan orang-orang mudah melakukan mobilisasi ke luar daerah.
“ Ini cepat atau lambat ya sama dengan covid versi 1 tahun 2020 yang masuk ke Indonesia. Itu cepat atau lambat itu akan ke daerah karena kita tahu betul tidak ada daerah di Indonesia yang tidak terkoneksi ya setidaknya,”
penulis Kanzun