IslamToday ID– Peneliti senior Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS), Henri Shalahuddin, mengatakan childfree adalah produk generasi pendek akal, orang yang tak punya cita-cita, dan anti masa depan.
Tak hanya itu, Henri juga menilai childfree ini akan menyulitkan para pasangan dengan berpinsip Childfree. Lantaran bila sudah menua tidak dapat membantu segala kehidupannya.
“Kampanye tidak mau punya anak hanyalah produk generasi pendek akal, pendek cita-cita, dan anti masa depan. Mereka terlalu yakin bakal muda terus, kuat terus, dan tidak menua. Ingat, musim semi pasti berlalu, seiring dengan datangnya badai salju yang menyelimuti kulit keriput sepasang orang tua renta di pojok ruang musim dingin,” jelas Henri dalam kanal Youtubenya, Senin (23/08/2021).
Bahkan Childfree ini dalam dunia Islam juga tidak disetujui. Henri pun menceritakan bagaimana dulu Nabi Muhammad SAW menyuruh seorang laki-laki untuk tidak menikahi wanita yang tak ingin melahirkan.
“Dulu ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi Muhammad SAW dan bertanya, [saya telah mendapati atau berkenalan dengan perempuan yang tinggi status sosialnya dan dia juga sangat cantik, tetapi ia tidak ingin melahirkan?], Nabi bersabda, [tidak!]” ucap Henri
“Nabi lalu bersabda, [menikahlah dengan pasangan wanita dengan sifat penuh kasih dan sangat produktif, yaitu berpotensi melahirkan banyak keturunan, sesungguhnya kelak, aku akan melebihi jumlah pengikut dibanding nabi-nabi lain, karena kalian]. (HR Abu Dawud).” Jelasnya lagi.
Menurut Henri pernikahan dalam Islam adalah ibadah yang menyempurnakan agama bagi kedua mempelai. Lalu, hadirnya seorang anak merupakan investasi bagi orang tuanya untuk melanjutkan aliran amal jariyah.
Karena dalam pandangannya, keluarga adalah mihrab untuk bertaqarrub mendekatkan diri kepada Allah sebagaimana mihrab shalat. Mendidik anak perempuan merupakan pintu yang sangat luas sebagai media bertaqarrub kepada sang pencipta.
“Islam mengajarkan keluarga adalah kesatuan terkecil yang bertanggung jawab mewujudkan terciptanya masyarakat yang damai dan berkeadaban. Keluarga harus menjadi benteng yang melindungi dan terlindungi,” ujar Henri
Henri juga menyebutkan membangun keluarga merupakan setengah dari agama. Sehingga menjaga keluarga adalah implementasi dari keimanan. Kemudian memerangi segala wabah yang mengancam keluarga adalah jihad dan merawat buah yang terlahir adalah bentuk syiar agama.
Childfree Di Negara Barat
Menurut Henri pada tahun 1972 atau 1973 terdapat international childfree day atau hari tanpa anak internasional. Gerakan itu dikampanyekan setiap 1 Agustus oleh national organization for non parent (NON) di Amerika Serikat
Tujuannya adalah untuk mengumpulkan dan menghibur kumpulan pasangan yang menghadapi kritik dan cemooh di Amerika Serikat, sebab mereka memutuskan tidak mau punya anak.
Perayaan ini juga bertujuan agar masyarakat Amerika mau menerima secara terbuka bagi pasangan yang ingin menikmati hidupnya tanpa beban anak.
“Slogan mau enak tanpa anak yang ditopang paham individualisme dan feminisme pada akhirnya melandasi pola individualistis masyarakat barat,” ucap Henri.
Tak hanya itu, ada juga alasan lainnya, seperti provokasi feminis. Dimana perempuan dijajah oleh laki-laki karena mengandung dan berketurunan berdampak negatif dalam kehidupan bernegara.
Tentu saja provokasi itu membuat pertumbuhan penduduk merosot. Bahkan di beberapa negara di Barat telah mencapai angka minus untuk kelompok pertumbuhan penduduknya. Padahal, beragam benefit diberikan negara bagi kaum wanita yang mau punya anak.
Di antaranya meliputi pra dan pasca melahirkan seperti layanan kesehatan gratis, cuti kerja gratis, hingga tunjangan uang pengasuhan dan pendidikan anak.
Namun sepertinya dampak dari provokasi childfree dan paham individualisme serta feminisme ini terlanjur mengakar kokoh dalam gaya hidup masyarakat barat.
Penulis Kanzun