(IslamToday ID) – Aneh, meski produksi batubara dalam negeri melimpah, tapi nyatanya Indonesia masih impor bahan bakar tersebut.
Seperti diketahui, Indonesia mampu memproduksi lebih dari 500 juta ton batubara setiap tahunnya, dan bahkan sekitar 70 persennya diekspor.
Berdasarkan data Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2020 yang dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia mengimpor batubara sebanyak 8,76 juta ton pada 2020, naik 18,5 persen dibandingkan impor pada 2019 yang tercatat sebesar 7,39 juta ton.
Padahal, dari sisi produksi batubara nasional, pada 2020 produksi tercatat mencapai 563,73 juta ton, turun 8,5 persen dibandingkan produksi pada 2019 yang mencapai 616,16 juta ton.
Sementara ekspor batubara pada 2020 dilaporkan mencapai 405,05 juta ton, turun 11 persen dari ekspor 2019 yang sebesar 405,05 juta ton.
Adapun sumber data ini disebutkan berasal dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, dan Kementerian Perdagangan dan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk data impor batubara.
Belum ada penjelasan rinci kenapa impor batubara ini terus meningkat. Namun untuk batubara yang diproduksi di Tanah Air merupakan jenis “steam coal“.
Seperti diketahui, Indonesia merupakan produsen batubara terbesar ketiga dunia, setelah China dan India. China memproduksi 3,9 miliar ton batubara pada 2020, dan India mencapai 756,5 juta ton.
Berdasarkan Hand Book of Energy & Economic Statistic of Indonesia 2020, sumber daya batubara Indonesia hingga Desember 2020 tercatat sebesar 143,73 miliar ton. Sementara cadangan batubara sebesar 38,81 miliar ton.
Sebelumnya, Kementerian ESDM menyebutkan cadangan batubara Indonesia saat ini mencapai 38,84 miliar ton.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Kementerian ESDM, Sujatmiko mengasumsikan, rata-rata produksi batubara sebesar 600 juta ton per tahun, maka umur cadangan batubara diperkirakan masih 65 tahun.
“Kalau dilihat dari data Badan Geologi pada tahun 2020, kita mempunyai paling tidak 143,7 miliar ton sumber daya, dan diantara itu ada 38,84 miliar ton cadangan batubara. Artinya, sekitar 39 miliar ton bisa kita usahakan,” ucap Sujatmiko dalam diskusi daring bertema Pemanfaatan Hilirisasi Batubara untuk Pemulihan Ekonomi, Rabu (1/9/2021).
“Kalau kita rata-rata setahun 600 juta ton produksinya, maka cadangan kita (batubara Indonesia) ini kurang lebih seumuran dengan angka harapan hidup manusia, yakni 65 sampai 70 tahun lah,” sambungnya seperti dikutip dari Tribunnews.
Dalam paparan Sujatmiko, daratan Kalimantan memiliki cadangan terbesar di Indonesia, yakni sekitar 62,1 persen.
Persentase tersebut setara dengan 88,31 miliar ton (sumber daya) dan 25,84 miliar ton (cadangan).
Sementara itu, wilayah yang juga mempunyai potensi cadangan tinggi lainnya adalah Sumatera dengan 55,08 miliar ton (sumber daya) dan 12,96 miliar ton (cadangan).
Sejalan dengan melimpahnya cadangan batubara di Indonesia, pemerintah kini mulai melakukan berbagai upaya untuk mengoptimalisasi pemanfaatan batubara untuk bahan baku energi dan industri melalui peningkatan nilai tambah pada komoditas tersebut.
Salah satu caranya adalah dengan melakukan hilirisasi industri batubara, yang dapat mensubstitusi bahan bakar (BBM dan BBG) dan bahan baku industri kimia.
Sehingga manfaat tersebut dapat mengurangi ketergantungan impor akan bahan bakar, hingga mewujudkan rantai industri yang baik bagi domestik.
“Manfaatnya paling tidak kita akan bisa mengurangi impor, dan meningkatkan ketahanan energi dalam negeri dan juga semakin banyak rantai industri yang bisa dikembangkan dari hilirisasi batubara ini,” pungkas Sujatmiko. [wip]