(IslamToday ID) – Munculnya klaster penularan Covid-19 di sejumlah sekolah pasca pembelajaran tatap muka (PTM) perlu mendapat perhatian sejumlah pihak. Evaluasi terhadap pelaksanaan PTM pun perlu dilakukan agar kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan aman.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, selain evaluasi, pihak sekolah juga harus segera menutup sementara kegiatan belajar mengajar yang telah dimulai. Tujuannya, agar dapat dilaksanakan disinfeksi terhadap gedung sekolah, pelacakan, serta penelusuran terhadap kontak erat pasien Covid-19.
“(Evaluasi) khususnya (terhadap) penerapan protokol kesehatan, seperti skrining kesehatan, pengaturan kapasitas dan jaga jarak,” kata Wiku dalam konferensi pers melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (23/9/2021).
Hingga kemarin, Satgas mencatat adanya 4.201.559 kasus Covid-19, setelah diketahui bertambah 2.881 kasus dalam 24 jam terakhir. Sementara itu, jumlah pasien yang telah dinyatakan sembuh mencapai 4.012.448 dan 141.114 orang diantaranya dinyatakan meninggal dunia.
Adapun berdasarkan data Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) per 23 September, sekitar 2,77 persen dari total sekolah yang melaksanakan PTM menjadi klaster penularan Covid-19. Meski dari sisi persentase terbilang kecil, namun hal tersebut juga perlu mendapatkan perhatian.
“Kembali saya sampaikan bahwa sekecil apapun angka kasus yang ada, jika tidak ditindaklanjuti dengan 3T yang tepat, maka akan memperluas penularan,” ungkap Wiku seperti dikutip dari Kompas.
Sementara itu, Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda berharap munculnya klaster di sekolah dapat menjadi bahan evaluasi guna melakukan langkah perbaikan ke depan. Ia menegaskan, PTM tetap penting untuk dilaksanakan guna mengurangi potensi learning loss yang terjadi selama masa pandemi.
Oleh karena itu, evaluasi terhadap PTM tujuannya bukan untuk menghentikan kegiatan tersebut. “Kita minta peristiwa (klaster PTM) di tiga kabupaten ini, kita berharap Pemda melakukan mitigasi dibantu oleh Kemendikbud dan Dinas Pendidikan untuk dilakukan langkah-langkah perbaikan,” kata Syaiful dalam rapat Komisi X dengan Kemendikbud-Ristek.
“Tapi semangatnya bukan untuk menunda lagi PTM, semangatnnya adalah melakukan perbaikan dari yang sudah terjadi kluster,” tambahnya.
Menurut Syaiful, PTM harus tetap berjalan meski muncul klaster baru Covid-19. Sebab, persentasenya sangat kecil dibandingkan dengan 50 juta anak didik yang sebagian telah melaksanakan PTM. Selain itu, penularan Covid-19 terhadap anak-anak lebih banyak terjadi di luar kegiatan PTM.
“Ketika ada klaster sekolah yang jumlahnya sekitar 1.200 kurang lebih, itu angka persentase yang kecil dibanding dengan ketika ada tingkat penularan hampir 350.000 anak-anak itu di luar PTM, di luar pelaksanaan,” ujarnya.
Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim menegaskan belajar tatap muka di sekolah tidak akan distop.
“Itu terus kita monitor, itu temuannya. Bukan berarti PTM-nya akan diundur, masih harus jalan, terbuka, tapi sekolahnya masing-masing kalau ada kasus klaster, ya harus ditutup segera. Memang seperti itu,” kata Nadiem seperti dikutip dari DetikCom.
Ia mengatakan tidak akan menghentikan belajar tatap muka meski klaster corona di sekolah mulai bermunculan. Menurutnya, sekolah bakal ditutup sementara jika ada klaster corona yang ditemukan.
“Tidak, tidak (dihentikan). PTM terbatas masih dilanjutkan, prokes harus dikuatkan dan sekolah-sekolah di mana ada situasi seperti itu harus ditutup segera sampai aman,” ujar Nadiem. [wip]