IslamToday ID — Sejarah mencatat Partai Komunis Indonesia telah mengkhianati negara dengan melakukan kudeta pada pemerintahan yang sah.
Pada perkembangannya muncul berbagai istilah untuk mengaburkan penghianatan yang dilakukan oleh partai terlarang itu.
Aliansi Rakyat Bergerak Solo Raya membeberkan berbagai istilah yang ‘sengaja’ dimunculkan.
Aktivis ARB Solo Raya yang juga Eksponen 66, Usman Amirodin menjelaskan, Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah Partai Politik berideologi
Komunisme yang berontak tahun 1948 dan mendirikan Negara Komunis Uni Soviet di Madiun.
Pemberontakan ini dibarengi pembantaian ratusan tokoh umat Islam, Kyai, Alim Ulama dan pejabat yang anti PKI.
PKI mengulang gerakan yang sama tahun 1965 membunuh 6 Jenderal dan satu Perwira, membentuk Dewan Revolusi dan menurunkan semua pangkat militer menjadi kolonel, gerakan ini dikenal G.30.S/PKI.
Sedangkan PKI GAYA BARU adalah PKI yang berontak tahun 1948 dan tahun 1965, namun modus operandinya berbeda.
Manuver yang mereka lakukan tidak dengan kekerasan, melainkan masuk dalam sistem pemerintahan. Mereka mempengaruhi pemerintah dalam mengeluarkan Undang-undang.
“Peraturan itu untuk memusuhi lawan khususnya Umat Islam,” ujar Usman Amirodin, Kamis (23/9/2021), dalam keterangan persnya.
Selain itu muncul pula istilah NEO PKI atau kata lain PKI Baru. Istilah ini kata Usman mencoba mengaburkan penilaian bahwa Neo PKI seolah tidak terlibat dengan PKI yang memberontak pada tahun 1948 dan 1965.
“Kata BARU disini menimbulkan kesan bahwa bukan PKI yang berontak tahun 1948 dan tahun 1965,” ungkap Usman.
Mereka berdalih yang dilarang dalam Tap. MPRS No.25 tahun 1966 adalah PKI Yang berontak tahun 1948 dan 1965.
“Sehingga kalau kita menyebut NEO PKI, mereka akan mengatakan belum pernah berontak karena mereka baru bukan PKI yang lama,” imbuhnya
Selain itu, ada pula istilah Komunis Gaya Baru (KGB). Usman mengungkapkan, gerakan ini lebih jauh lagi sasarannya.
Menurutnya, KGB bukan PKI yang berontak tahun 1948 dan 1965. KGB juga tidak ada hubungannya dengan PKI.
Usman mengatakan, jika saat ini kita menggunakan istilah melawan KGB, maka PKI senang, karena yang di lawan kekuatan yang secara politis, historis, organisatoris tidak ada korelasinya dengan PKI.
“kita dapat terjebak dengan istilah tersebut” kata Usman
Mohon direnungkan jangan sampai karena istilah menjadi boomerang,” tandasnya.
Penulis: Arief Setiyanto