(IslamToday ID) – Sedikitnya 40 jiwa meninggal dunia akibat keberadaan lubang bekas tambang, termasuk di wilayah calon ibukota negara (IKN) baru di Kalimantan Timur (Kaltim).
Data 40 orang tersebut tercatat dalam laporan milik Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim. Terhitung sejak 2011 hingga 2021, lubang tambang di Kalimantan Timur sudah 40 kali menelan korban.
Berdasarkan data tersebut, Samarinda menjadi daerah terbanyak yang menyumbang kasus hilang nyawa di lubang bekas tambang. Dari 40 kasus yang ada, 23 di antaranya berasal dari ibukota Provinsi Kaltim ini.
Selain Samarinda, Kutai Kartanegara (Kukar) juga turut melaporkan kasus. Lubang tambang di wilayah itu mencatat sebanyak 13 jiwa tewas di Kutai Barat. Sementara Penajam Paser Utara dan Paser masing-masing mencatat satu dan dua kasus.
Dari 40 korban, hampir seluruhnya merupakan remaja dan anak-anak. Hanya tujuh orang yang tercatat sebagai orang dewasa. Fenomena ini tentu menjadi momok bagi masyarakat.
Pasalnya, kini Kalimantan Timur, tepatnya Kabupaten Penajam Paser Utara, digadang-gadang menjadi ibukota Nusantara. Berdasarkan data terbaru Jatam Kaltim, sudah ada 149 lubang bekas tambang di kawasan IKN.
Ratusan lubang itu juga disebut berada di ring dua dan ring tiga yang merupakan kawasan perluasan dan penyangga. Dari 149 lubang tambang itu, 92 di antaranya berada dalam konsesi.
“149 Itu, 92 di antaranya di dalam konsesi tambang (dapat izin). Sisanya di luar konsesi,” kata Dinamisator Jatam Kaltim Pradarma Rupang seperti dikutip dari CNN Indonesia, Sabtu (5/2/2022).
Dengan adanya ratusan lubang tambang itu, Rupang menilai pemindahan IKN ke Kalimantan Timur merupakan langkah yang gegabah. Terlebih, pemindahan itu dilakukan secara tergesa-gesa tanpa kajian lingkungan yang jelas.
Selain Rupang, sejumlah tokoh lain juga turut mengkritik proyek pemindahan IKN. Salah satunya dilayangkan oleh ekonom Faisal Basri. Faisal menilai, ibukota baru di Penajam Paser Utara ibarat “surga” yang dikelilingi “neraka”.
Pengibaratan itu, katanya, dibuat karena lokasi IKN dikelilingi oleh berbagai tambang migas batubara, gas, dan kilang minyak. Selain itu, ibukota baru juga dikelilingi kebun sawit yang terkenal merusak zat hara tanah.
“Ini unik, dia (pemerintah) bikin green city, smart city, tapi di sekelilingnya lain sama sekali. Jadi surga yang dikelilingi oleh neraka. Lama-lama surganya bisa panas juga,” ujarnya.
Menanggapi kritik itu, Ketua Tim Komunikasi IKN Sidik Pramono mengklaim pemerintah membangun Nusantara sebagai kota berkelanjutan. Ia menyebut IKN Nusantara akan mengusung platform nol emisi karbon, ekonomi hijau, ekonomi sirkular, dan habitat berkelanjutan.
Sebelumnya, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menargetkan status ibukota negara (IKN) dari DKI Jakarta akan dipindah ke Kalimantan Timur pada semester I 2024.
Namun, pemindahan IKN ini menuai banyak kritik. Mulai dari proses pembuatan UU IKN, permasalahan lingkungan, anggaran, hingga desain Istana Negara. [wip]