(IslamToday ID) – Pelbagai modus dan celah dimanfaatkan sejumlah pihak untuk mempermainkan masa karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) di pintu-pintu masuk Indonesia.
Tindakan mafia karantina kesehatan tersebut telah menjadi atensi dari Presiden Jokowi. Hal itu ia sampaikan usai mendapatkan sejumlah komplain dari warga negara asing (WNA) bahwa terdapat permainan uang terkait masa karantina saat tiba di Indonesia.
“Saya masih mendengar dan ini saya minta Kapolri untuk mengusut tuntas permainan yang ada di karantina. Sudah, karena saya sudah mendengar dari beberapa orang asing komplain ke saya mengenai ini,” tegas Jokowi seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Adanya mafia-mafia karantina kesehatan di pintu-pintu masuk PPLN bukan kali pertama terjadi di Indonesia. Sejumlah pelanggaran karantina kesehatan juga sempat terjadi dan memiliki modus operandi yang hampir serupa.
Keterlibatan Aparat Berwenang
Pada sejumlah kasus, seperti pelanggaran karantina kesehatan selebgram Rachel Vennya, keterlibatan aparat berwenang seperti TNI menjadi kunci utama.
Dalam pengakuannya di pengadilan, Rachel mengatakan, dirinya dibantu dua anggota TNI AU untuk kabur dari proses karantina kesehatan sejak di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Kedua anggota TNI tersebut, katanya, membantu Rachel untuk menjalani karantina di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Pademangan.
Padahal, wisma tersebut merupakan tempat karantina khusus yang dibiayai pemerintah untuk pejabat, pelajar, dan pekerja dari luar negeri.
Suap Satgas
Tak berhenti sampai situ, Rachel mengatakan, dirinya juga menyuap sejumlah pihak “Satgas” guna memuluskan aksi pelariannya dari RSDC Wisma Atlet.
Rachel mengaku sempat memberikan uang sebesar Rp 40 juta kepada Ovelina Pratiwi yang juga seorang pegawai honorer di DPR. Uang tersebut merupakan permintaan Ovelina untuk diberikan kepada pihak “Satgas” agar dapat memuluskan aksi kabur tersebut.
Calo Hotel Karantina
Pada akhir Desember lalu, ramai kabar bahwa terdapat banyak calo yang kerap menawarkan hotel karantina bagi PPLN yang baru tiba di Bandara Soekarno-Hatta.
Mereka yang berminat menjalani karantina di hotel tersebut disebut harus merogoh kocek hingga Rp 19 juta per orangnya. Sedangkan mereka yang memilih menjalani karantina di Wisma Atlet harus menunggu selama berjam-jam untuk sekadar mendapatkan tempat.
Pengawasan Bandara Lemah
Kadiv Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo mengatakan, salah satu celah yang sempat dimanfaatkan pelaku mafia karantina kesehatan merupakan celah pengawasan di bandara bagi PPLN.
Berdasarkan kasus pelanggaran karantina kesehatan sebelumnya, para pelaku mafia karantina berasal dari petugas yang ada di bandara. Mereka justru menyalahgunakan kewenangannya untuk membantu masyarakat agar tidak menjalani masa karantina.
“Ada oknum-oknum yang menyalahgunakan kewenangannya, yang bersangkutan menjemput kemudian menawarkan jasanya dan inilah yang membuat keresahan WNA,” tuturnya. [wip]