(IslamToday ID) – Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel mendesak Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk menstabilkan harga kedelai. Menurutnya, kestabilan harga kedelai penting untuk memberi ketenangan di masyarakat maupun bagi perajin tahu dan tempe.
“Tugas Kemendag memang seperti itu. Tidak bisa membiarkan masyarakat bertarung sendiri,” kata Rachmat, Selasa (15/2/2022).
Ia menyebut produsen terbesar kedelai di dunia adalah Brasil, Amerika Serikat (AS), Argentina, dan China. Pada 2020 lalu, harga kedelai di tingkat konsumen masih sekitar Rp 8.500 per kilogram. Namun, pada 2021 sudah naik menjadi Rp 9.500-Rp 10.000 per kilogram.
Sementara, saat ini harga kedelai sudah berada di atas Rp 11.000 per kilogram. Akibat kenaikan harga kedelai secara terus menerus, jumlah perajin tahu dan tempe terus berkurang, khususnya perajin kecil. Padahal, pemerintah sudah tak mengenakan bea masuk terhadap komoditas kacang kedelai.
Rachmat menyampaikan tahu dan tempe merupakan makanan rakyat dan digemari oleh seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, katanya, usaha tahu dan tempe juga merupakan sektor yang bisa dimasuki oleh masyarakat bawah dengan mudah.
Karena itu, lanjutnya, fluktuasi harga dan kenaikan harga kedelai bisa mengganggu lapangan kerja dan lapangan usaha. “Di tengah kondisi pandemi covid-19 ini, semua pihak khususnya pemerintah untuk bekerja lebih sungguh-sungguh agar kemiskinan tak terus naik,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menyatakan masalah kedelai ini harus dicarikan solusi yang lebih permanen. Hal itu membutuhkan kerja sama semua pihak, khususnya Kemendag dan Kementerian Pertanian (Kementan).
Saat ini sekitar 80 persen kebutuhan kedelai berasal dari impor. Ia menilai Kemendag harus bisa mengatur stok agar tidak mudah diterjang fluktuasi harga internasional maupun oleh situasi perdagangan internasional. Selain itu, Kemendag juga harus bisa mengatur stabilitas harga di dalam negeri.
“Jadi harus ada koordinasi agar kran impor diatur dengan kemampuan Kementan dalam menyediakan kacang kedelai dari petani. Jangan sampai pasar kebanjiran produk impor yang kemudian bikin kapok petani untuk menanam kedelai,” imbuh Rachmat.
Menurutnya, Indonesia juga sudah menjadi eksportir edamame. Hal itu membuktikan bahwa tanah Indonesia bisa untuk tanaman kedelai. “Ingat, produk olahan kedelai telah menjadi makanan nasional seperti tahu, tempe, bahkan kecap,” pungkasnya. [wip]