(IslamToday ID) – Ratusan pengungsi korban gempa bumi Magnitudo 6,2 SR di Pasaman Barat, Sumatera Barat (Sumbar) mengeluhkan penyakit demam, mual, sakit kepala, hingga darah tinggi. Hal itu dipicu akibat cuaca buruk hingga kurang tidur.
Berdasarkan pantauan di lokasi pada Sabtu (26/2/2022) pukul 09.35 WIB, tenda darurat untuk para penghuni dalam kondisi yang lembab dan basah diguyur hujan. Selain itu, terpal untuk setiap tenda juga tidak cukup menampung total semua pengungsi yang menginap di dalam tenda.
Salah satu pengungsi, Risdawati (54) menyebut tidak bisa tidur semalaman akibat hujan dan berdesak-desakan dengan pengungsi lain.
“Saya tidak bisa langsung duduk di bawah (di lantai) soalnya pinggang saya sakit, sehingga harus meminjam kursi buat duduk selama semalaman,” katanya seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Ia juga mengaku mengalami demam dan sakit kepala akibat situasi tersebut.
Salah seorang dokter polisi yang bertugas di area pemukiman, Adek, menyebut sudah melakukan pengecekan darah dan cek tensi kepada sebagian pengungsi. Ia menyebut kebanyakan pengungsi mengalami tekanan darah tinggi akibat faktor semalaman begadang.
Selain itu, Adek juga mengatakan sebagian pengungsi juga memiliki riwayat sudah mengonsumsi obat tekanan darah tinggi. “Seperti jenis Aboritin, dan sebagainya,” katanya.
Selain itu, lanjutnya, yang mengalami gejala kebanyakan pada golongan usia lansia dan anak. “Untuk sementara penyakitnya itu saja yang baru di-screening dari para pengungsi,” ujar Adek.
Hal serupa juga disebut oleh tim kesehatan yang berasal dari Semen Padang Hospital. Pihaknya menyebut rata-rata yang mengalami gejala berasal dari kelompok usia 40 tahun ke atas.
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hingga Sabtu (26/2/2022) dini hari, total warga yang meninggal dunia akibat gempa di Sumatera Barat berjumlah delapan orang.
Selain itu, korban luka berat tercatat sebanyak 10 orang, luka ringan 76 orang, dan 6.002 orang mengungsi.
“Dari jumlah warga yang mengungsi, BPBD Kabupaten Pasaman Barat mencatat 5.000 warga di 35 titik yang berada di Kecamatan Talamau, Pasaman, dan Kinali,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari.
Ia merinci, warga meninggal dunia di Pasaman Barat sebanyak tiga orang, luka berat 10 orang, dan luka ringan 50 orang. Petugas disebut masih terus memutakhirkan data dampak gempa tersebut.
Sedangkan di Kabupaten Pasaman, BNPB mencatat warga meninggal dunia lima orang, luka-luka 25 orang, dan mengungsi 1.000 orang.
“Saat ini masih dilakukan pencarian terhadap enam orang yang diperkirakan tertimbun longsor,” kata Abdul.
Data warga terdampak lainnya tercatat di Kabupaten Lima Puluh Kota sebanyak 16 KK atau 53 jiwa. Dari jumlah tersebut 1 KK atau 2 jiwa mengungsi ke tempat kerabat.
Sementara, di wilayah Kabupaten Agam, satu bayi dikabarkan menderita luka-luka dan telah mendapatkan perawatan medis.
Gempa tersebut juga berdampak pada kerusakan bangunan. Total kerusakan yang dipicu gempa antara lain rumah rusak berat sebanyak 103 unit, rusak sedang sebanyak lima unit, dan rusak ringan sebanyak 17 unit. [wip]