(IslamToday ID) – Presiden Jokowi mengatakan saat ini Indonesia tengah menghadapi gugatan di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terkait larangan ekspor nikel mentah. Namun, hal itu tidak membuat niat pemerintah dalam menghentikan ekspor tambang bahan mentah surut.
“Begitu kita bilang stop nikel, stop ekspor bahan mentah nikel, ya kita digugat sama Uni Eropa, belum rampung sampai sekarang. Enggak apa-apa, ini belum rampung (gugatan), saya sudah perintahkan bauksit tahun ini stop, biar digugat lagi,” kata Jokowi saat memberi pengarahan dalam ‘Sidang Terbuka Senat Akademik Dies Natalis ke-46 UNS Solo, Jumat (11/3/2022).
Menurutnya, kebijakan penghentian ekspor tambang bahan mentah adalah salah satu wujud dari keberanian mentransformasi ekonomi. Ia meyakini hal ini akan memberikan manfaat dan peluang jangka panjang demi stabilitas.
Jokowi mengungkapkan bahwa Indonesia sebelumnya hanya menangguk pendapatan perdagangan sekitar Rp 15-20 triliun saat masih mengekspor nikel mentah. Angka itu melonjak jauh menjadi Rp 300 triliun pada 2021 setelah menerapkan kebijakan ekspor nikel dalam bentuk setengah jadi dan jadi.
“Keberanian itu harus kita lakukan, kalau kita enggak pernah mencoba kita enggak akan pernah tahu menang atau kalah, kita benar atau enggak benar,” katanya.
Dengan penghentian ekspor tambang bahan mentah, Jokowi meyakini Indonesia akan mendapatkan banyak manfaat. Termasuk kenaikan nilai investasi di dalam negeri.
Ia juga mengingatkan lagi pesan yang pernah disampaikannya saat menghadiri Konferensi G20 di Italia pada 2021 terkait kebijakan penghentian ekspor tambang bahan mentah.
Kala itu, Jokowi menegaskan bahwa Indonesia tidak tertutup dan siap menjalankan kerja sama perdagangan dengan negara lain terkait bahan tambang mentah, asalkan ada arus balik berupa pembangunan industri di Tanah Air.
“Bisa kerja sama dengan BUMN kita, swasta kita, atau mereka sendirian juga tidak apa-apa, asalkan di Indonesia,” katanya.
“Enak banget kita setori mereka bahan bakunya. Pajak mereka yang dapat. Pembukaan lapangan kerja mereka yang dapat. Terus kita dapat apa? Ya kan. Kita ditakut-takuti terus. Tak gugat di WTO, tak gugat di WTO. Gugatlah,” tambahnya. [ant/wip]