(IslamToday ID) – Menko Politik Hukum dan Keamanan (Polhukam) Mahfud MD menyatakan pemerintah tidak akan menetapkan situasi darurat di Papua usai rentetan serangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) atau OPM. Ia menganggap situasi di Bumi Cendrawasih normal.
Menurut Mahfud, KKB alias OPM hanya bergerak di wilayah tengah Papua dengan cakupan daerah yang sempit.
“(Situasi Papua) sudah mulai ditangani, pokoknya setiap perkembangan kita analisis, nanti kita mau apakan gitu, yang penting Papua itu harus diperlakukan sebagai daerah normal. KKB itu kan ada di daerah tengah saja, daerah yang sangat sempit di tengah dan itu kita treat secara biasa-biasa aja,” katanya seperti dikutip dari CNN Indonesia, Ahad (4/4/2022).
Mahfud mengatakan para pihak yang menilai situasi Papua darurat keliru, lantaran peredaran senjata ilegal di provinsi paling timur itu hanya 111 pucuk. Sementara, menurutnya, peredaran senjata api ilegal di daerah seperti Kalimantan, Maluku, Aceh, Jakarta bisa mencapai ribuan pucuk.
“Berarti kan lebih darurat, yang normal saja ribuan, di sana cuma 111. Masa kita mau berlebihan,” ujarnya.
Mahfud juga menyebut tindakan kriminal di Papua yang terjadi belakangan ini juga kerap muncul di daerah lain. Peristiwa penembakan atau bahkan penyerangan dengan senjata tajam, katanya, juga terjadi di Jawa dan Sumatera.
“Orang nyembelih orang, orang nembak orang kan terjadi juga di Jawa, Sumatera, terjadi di mana-mana, orang nyembelih anaknya, orang nyembelih ibunya kan banyak,” katanya.
“Nah kita menganggap kejadian seperti itu dengan perhatian khusus karena itu di Papua, lalu ada warna OPM-nya. Itu saja warnanya. Tapi kalau kriminalitasnya yang terjadi di sana terjadi juga di Jawa, di luar Papua,” sambungnya.
Oleh karena itu, klaim Mahfud, pemerintah kini menggunakan pendekatan kesejahteraan guna menangani persoalan di Papua. “Bukan pendekatan tempur. Tempur itu tetap diperlukan ketika terjadi sesuatu di luar batas dan sudah menemui keadaan tertentu. Selama tidak, ya keamanan biasa,” ujarnya.
Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah aparat tewas akibat penembakan yang dilakukan KKB. Pada 26 Maret lalu misalnya, KKB menyerang pos militer Satgas Mupe Yonif Marinir-33 di Kabupaten Nduga hingga dua prajurit marinir tewas.
Lalu pada 28 Maret, KKB menembaki Pos Koteka yang dijaga anggota Marinir di Kwareh Bawah, Kenyam, Kabupaten Nduga, Papua. Pos tersebut berlokasi 350 meter dari Bandara Kenyam. Tak ada korban jiwa dalam kontak senjata itu.
Lalu pada 30 Maret, KKB membakar gedung SD dan SMP di Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya. Ada pula guru yang menjadi korban penganiayaan.
Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom mengakui pihaknya melakukan pembakaran gedung sekolah. Ia menjelaskan bahwa aksi dilakukan sebagai balas dendam terhadap aparat atas kematian Toni Tabuni di Nabire pada Selasa (29/3/2022) lalu.
Kemudian pada 31 Maret lalu, Sertu Eka dan istrinya yang merupakan bidan puskesmas tewas ditembak OTK pada Kamis (31/3/2022) pagi sekitar pukul 06.15 WIT di kios milik anggota TNI tersebut, Jalan Trans Elelim, Kp Elelim, Distrik Elelim, Yalimo. [wip]