(IslamToday ID) – Menteri BUMN Erick Thohir bakal membenahi pengelolaan dana pensiun di perusahaan plat merah PT PLN (Persero). Hal tersebut dilakukan supaya dana yang dikumpulkan oleh para pekerja tidak dikorupsi oleh oknum tak bertanggung jawab.
Erick tak menginginkan dana pensiun PLN bernasib sama seperti kasus yang terjadi pada PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dan PT Asabri (Persero). Kedua perusahaan plat merah itu diketahui tidak bertanggung jawab terhadap dana nasabah atau kesejahteraan para pensiunan yang sudah mengabdi puluhan tahun.
“Dana pensiun PLN mau saya rapikan, jangan sampai dana pensiun PLN seperti Jiwasraya dan Asabri,” kata Erick dalam agenda ‘Menyapa Serikat Pekerja dan Milenial PLN’, Kamis (7/4/2022).
Selain itu, ia juga berharap bahwa program tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) BUMN dapat diubah, salah satunya dengan fokus pada program pendidikan. Bahkan, pihaknya mendorong adanya program pemberian beasiswa.
“CSR BUMN kita ubah, salah satunya pendidikan. Yang bisa digunakan apa, ya individu yang memang diberikan kesempatan oleh direksi untuk diberikan pendidikan, yang namanya beasiswa,” katanya.
Erick juga berbicara tentang rencana pembentukan holding dan subholding di PLN yang menurutnya bukan untuk meliberalisasi perusahaan setrum negara ini, melainkan untuk membuat perseroan lebih lincah ke depannya.
“Tidak mungkin saya membentuk holding untuk memperlemah PLN. Pembentukan holding subholding bukan untuk meliberalisasi, justru ini sebagai langkah untuk memperkuat PLN,” tegas Erick.
Ia pun mendukung langkah PLN dalam melakukan transisi energi bersih di Indonesia demi mencapai netral karbon pada 2060.
Dalam lawatannya ke kantor PLN, Erick menilai kesuksesan PLN dalam menjawab tantangan pengurangan emisi dan transisi energi berada di pundak sumber daya manusianya. Terutama, pegawai milenial yang punya tugas penting dalam memberikan inovasi untuk transisi energi.
“Saat ini PLN menjadi pemain utama dalam transisi energi, ini tidak bisa dihindari lagi. Namun saya optimistis dengan SDM PLN yang mumpuni, segala tantangan dalam menjalankan transisi energi ini dapat dilaksanakan dengan baik,” ujar Erick.
Proses transisi ke energi yang memiliki karbon lebih rendah tentu sangat menantang. Beradaptasi dengan era rendah karbon tentu saja memiliki dampak yang sangat luas. Adaptasi tersebut tidak hanya menyangkut strategi investasi dan permodalan, namun juga terkait erat dengan budaya dan kebiasaan yang ada.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo tak menampik dalam mencapai target netral karbon, PLN harus terus meningkatkan kapasitas SDM. PLN telah melakukan berbagai pengayaan dalam meningkatkan kapasitas SDM untuk menjalankan transisi energi.
Misalnya saja, dalam rencana perdagangan karbon di Tanah Air, PLN mengirimkan insan terbaiknya yang mayoritas adalah milenial untuk menimba ilmu di Eropa untuk mengadaptasi sistem perdagangan karbon di sana. Melalui transfer ilmu ini, diharapkan mampu meningkatkan potensi insan PLN dalam mengembangkan instrumen energi bersih di Indonesia.
“PLN menjadi pemain utama dalam perdagangan karbon di Tanah Air, untuk itu kami belajar sampai ke Eropa,” ujar Darmawan.
Di sisi lain, dalam transisi energi PLN juga sudah menetapkan peta jalan melalui upaya peningkatan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT) menjadi 29 Giga Watt (GW) pada 2030 yang tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang disebut-sebut paling hijau ini.
Secara paralel, untuk bisa menekan emisi PLN juga sudah merencanakan untuk mempensiunkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan menerapkan teknologi co-firing pada PLTU existing untuk menekan angka emisi gas buang. [wip]