(IslamToday ID) – Dua negara di Asia Tenggara yakni Laos dan Myanmar terancam bangkrut menyusul Sri Lanka karena mengalami krisis ekonomi parah.
Dalam laporan Crisis Response Group yang dirilis, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut dua negara berkembang di Asia Tenggara itu rentan karena terlilit utang, serta kenaikan harga komoditas akibat perang Rusia-Ukraina.
Lantas, apa artinya jika sebuah negara mengalami kebangkrutan?
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan negara disebut bangkrut jika tak mampu membayar utang hingga tanggal jatuh tempo.
“Penyebab dari kebangkrutan tersebut berasal dari berbagai hal, mulai dari debt mismatch, nilai tukar melemah signifikan, hingga perubahan iklim politik,” kata Josua seperti dikutip dari CNN Indonesia, Senin (11/7/2022).
Ia menerangkan sebuah negara pada umumnya mengandalkan pembiayaan melalui surat berharga. Jika terjadi gagal bayar, maka kepercayaan dari pemegang obligasi dalam negeri, perbankan, hingga pelaku usaha akan berkurang. Akibatnya stabilitas dalam negeri akan terganggu.
Peneliti INDEF Nailul Huda menambahkan gagal bayar utang bukan satu-satunya faktor suatu negara dapat disebut bangkrut. Jika negara tak punya sumber daya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat juga bisa dikatakan bangkrut.
“Misalnya tidak mampu memenuhi kebutuhan BBM. Kemudian tidak mampu menyediakan barang dengan harga terjangkau, karena masyarakat negara tersebut susah untuk membeli barang sebab harganya mahal. Itu bisa menjadi indikator negara tersebut bangkrut,” ungkap Nailul.
Dalam laporan PBB, ekonomi Laos digambarkan tertekan sejak pandemi. Kondisi itu diperparah oleh perang Rusia-Ukraina. Laos juga mengalami lonjakan utang yang mengakibatkannya harus mengemis restrukturisasi utang bernilai miliaran dolar AS.
Keterpurukan ekonomi Laos bertambah parah karena cadangan devisanya yang makin menipis dan hanya mampu membiayai kurang dari dua bulan impor. Mata uangnya pun jatuh 30 persen yang memperburuk kesengsaraan negara itu.
Kemudian, inflasi di Laos juga melonjak sebesar 9,9 persen (year on year) pada April 2022. Berdasarkan Tradingeconomics, inflasi Laos adalah lonjakan tertinggi kedua di antara negara ASEAN lainnya.
Ekonomi Myanmar juga tengah terguncang. Penyebabnya adalah ketidakstabilan politik Myanmar, terutama seusai aksi kudeta militer pada Februari 2021 terhadap pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi. Ekonomi Myanmar terkontraksi minus 18 persen pada tahun lalu dan diperkirakan tidak tumbuh pada tahun ini.
Saat ini, Myanmar merupakan negara dengan laju inflasi tertinggi di antara negara ASEAN. Inflasinya tercatat 13,82 persen pada Januari 2022, lebih tinggi dibanding posisi Desember 2021 yang sebesar 12,63 persen. [wip]