(IslamToday ID) – Pengamat politik Rocky Gerung menduga grafis “Kekaisaran Sambo dan Konsorsium 303” dikeluarkan resmi oleh pihak kepolisian, atau dikeluarkan akibat adanya perkelahian antar faksi di tubuh Polri. Hal itu pun dianggap menjadi beban baru bagi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
“Dari mana peta itu? Apakah peta itu memang pernah ada, atau sekarang setelah Sambo mulai melemah pengaruhnya, lalu peta itu dimunculkan. Kan ini intinya,” kata Rocky seperti dikutip dari kanal YouTube Rocky Gerung Official berjudul ‘Serem! Beredar Grafis Lengkap Kekaisaran Dunia Gelap Ferdy Sambo’ Jumat (19/8/2022).
Ia menilai, munculnya grafis tersebut menjadi beban baru bagi Kapolri. Karena, Kapolri harus mengungkap kasus pembunuhan yang dilakukan mantan Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo dan temuan baru kali ini.
“Itu yang mesti di-clear-kan itu. Kalau dia dilengketkan sekarang, seolah-olah itu bikin dua beban pada Pak Sigit (Kapolri). Harus menyelesaikan kriminalnya, juga harus menjelaskan apa betul peta ini datang dari kepolisian sendiri, atau datang dari perkelahian di antara faksi di dalam kepolisian,” kata Rocky.
Bahkan, lanjutnya, publik menilai agar Mabes Polri direformasi, apalagi banyak nama-nama pejabat Polri lainnya yang ada di grafis tersebut.
“Supaya bahaya itu tidak meledak menjadi intrik berkepanjangan, ya Pak Sigit sebagai Kapolri harus tampil ke publik dan betul-betul menerangkan apa fungsi dari beredarnya grafis itu yang disebut Kekaisaran Sambo atau apa itu,” ujar Rocky.
Fungsi kepolisian sendiri, menurutnya, membaca semua kemungkinan untuk menerapkan SOP. Salah satunya terkait dengan grafis ‘Kekaisaran Sambo dan Konsorsium 303’ yang beredar di masyarakat.
“Nah sekarang orang membayangkan, ini SOP siapa nih yang disebut gambar tadi itu. Dari Sambo terus keluar ke mana-mana itu. Apakah Sambo sekuat itu untuk mengatur aparat sampai ke bawah? Itu pertanyaan pertama. Kalau Sambo kuat, lalu mekanismenya apa, itu mekanisme pelaporan atau sekadar mekanisme uang itu. Apakah komando itu juga berhimpit dengan tebalnya amplop?” jelas Rocky.
Melihat beberapa peristiwa belakangan di tubuh internal Polri, katanya, membuat publik menginginkan agar terjadinya reformasi di internal Polri.
“Tetapi kita mesti ambil poin-poin positif, bahwa publik men-share itu dalam upaya untuk mempercepat proses-proses mitigasi kekacauan di Polri sendiri kan,” pungkas Rocky. [wip]