ITD NEWS (SOLO)— Menyongsong perhelatan akbar Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48, panitia muktamar menyelenggarakan acara tabligh akbar. Acara yang diisi oleh seorang da’i kondang Ustaz Adi Hidayat. Lc., MA. itu dihadiri ribuan orang mereka memadati Gedung Edutorium KH Ahmad Dahlan, UMS, Sabtu (08/10/22).
Ust. Adi Hidayat atau yang dikenal sebagai UAH mengawali ceramahnya dengan melontarkan sejumlah pertanyaan mendasar kepada para kader Muhammadiyah. Apakah mereka sebagai kader Muhammadiyah sudah bangga menjadi bagian dari Muhammadiyah.
UAH pun menjelaskan beberapa hal mengenai Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan. Misalnya dalam hal pemilihan nama ‘Muhammadiyah’ menunjukkan bahwa organisasi persyarikatan itu selaras dengan apa yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW.
“Perlu di ingat bahwa pendiri persyarikatan yang memiliki nama KH., Ahmad Dahlan pun memberi nama organisasi ini ‘Muhammadiyah’, bukan atas namanya ‘Ahmadiyah’. Dimana (ajaran) Ahmad Dahlan merupakan turunan langsung, tidak ada perbedaan pendapat dengan nabi Muhammad SAW,” paparnya.
Selain membahas tentang penamaan persyarikatan Muhammadiyah. UAH juga mengingatkan kembali akan jasa Persyarikatan Muhammadiyah dalam pembentukan serta kelahiran negara Republik Indonesia (RI).
“Jadi kader Muhammadiyah itu diberi kesempatan secara terbuka, dapat mengabdi di setiap bidang tanpa sekat dan tanpa batasan,” tambahnya.
Spirit Al-Maun Ciri Kader Muhammadiyah
Ust., Adi Hidayat mengungkapkan bahwa warga persyarikatan hendaknya meresapi makna surat Al-Maun. Seorang kader Muhammadiyah hendaknya tidak sebatas melakukan ibadah ritual, namun aktif dalam berkegiatan sosial sehingga ada dampak bagi lingkungannya.
“Dimana dalam Muhammadiyah banyak dikaji yakni teologi Al-Maun, ilmu amali amal ilmi. Impelementasi ritual itu terhadap sosial, harus ada dampaknya manfaat dan maslahat bagi persyarikatan dan lingkungan sekitar,” ujar UAH.
Memahami spirit Al-Maun seharusnya menjadi refleksi sudah benarkah niat para kader dalam ber-Muhammadiyah? . Jangan-jangan kita sudah lama di Muhammadiyah tapi tidak benar-benar mengerti dengan Muhammadiyah.
“Ingat pesan KH Ahmad Dahlan yaitu Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah,” ucap UAH.
“Kemudian sudah belum pimpinan yang ada di persyarikatan ini mengenalkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah,” tambahnya.
UAH berpesan agar Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah bulan depan dapat disambut dengan penuh gembira dan suka cita. Sehingga hasilnya akan bisa diamalkan dan membawa kemuliaan bagi umat.
“Sambut muktamar, siaplah mengamalkan amanat yang diputuskan di muktamar kelak. Semoga muktamar nanti dapat menghasilkan kemuliaan,” tegasnya. (Kukuh)