(IslamToday ID) – Indonesia Police Watch (IPW) menilai pencopotan Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta yang kemudian digantikan Irjen Teddy Minahasa Putra disebabkan karena besarnya tekanan publik terkait tragedi Kanjuruhan.
“Lebih karena besarnya tekanan publik terhadap kepolisian terkait kasus Kanjuruhan khususnya tekanan di Jawa Timur,” kata Koordinator IPW Sugeng Teguh Santosa, Rabu (12/10/2022).
IPW kemudian memberikan dua catatan kepada Irjen Teddy Minahasa Putra sebagai Kapolda Jawa Timur yang baru. Pertama, IPW meminta Teddy harus meningkatkan profesionalisme anggota polisi di lapangan.
“Kapolda harus mampu meningkatkan profesionalisme anggota di lapangan dengan pembinaan dan pengawasan yang ketat,” ucap Sugeng dikutip dari Kompas.
Menurutnya, profesionalisme berarti setiap anggota di lapangan harus memahami regulasi dan ahli sesuai bidangnya masing-masing. Mereka juga harus bisa memadukan antara keahlian dan regulasi dalam menjalankan tugas di lapangan, sehingga tidak terjadi pelanggaran prosedur.
Selain itu, katanya, Teddy harus memberikan perhatian khusus terkait adanya dugaan mafia hukum dalam penangan perkara di wilayah Polda Jatim. “Karena IPW mendapat beberapa laporan dari masyarakat adanya mafia hukum yang mengintervensi tugas-tugas penyidik dan oknum penyidik yang dipengaruhi,” ucapnya.
Adapun Irjen Nico Afinta dicopot tak lama setelah tragedi Kanjuruhan, Malang, 1 Oktober 2022. Tragedi tersebut mamakan korban jiwa sebanyak 132 orang serta ratusan lainnya luka-luka. Tragedi terjadi setelah pertandingan sepakbola antara Arema FC dan Pesebaya Surabaya. Saat itu, para suporter sempat protes karena kekalahan Arema FC.
Polisi kemudian melakukan pengamanan dengan menggunakan gas air mata yang menyebabkan kepanikan. Orang-orang pun berdesakan mencari jalan keluar.
Anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan Nugroho Setiawan juga sempat menyaksikan rekaman kamera CCTV yang memperlihatkan detik-detik para penonton yang panik dan hendak menyelamatkan diri dari gas air mata sekarat saat berdesakan dan terhimpit.
“Situasinya adalah orang itu berebut keluar, sementara sebagian sudah jatuh, pingsan, terhimpit, terinjak karena efek dari gas air mata,” kata Nugroho seperti dikutip dari akun YouTube Kemenko Polhukam, Ahad (9/10/2022). [wip]