(IslamToday ID) – Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf memastikan tidak akan ada calon presiden dan calon wakil presiden (Capres-Cawapres) yang mengatasnamakan NU pada Pilpres 2024. Menurutnya, dalam setiap kontestasi politik, PBNU tidak ambil bagian dalam kompetisi namun berada di posisi netral.
“Enggak ada, enggak ada. Pokoknya saya tegaskan bahwa tidak ada calon presiden atau wakil presiden atas nama NU. Tidak ada sama sekali,” kata Gus Yahya dikutip dari CNN Indonesia, Kamis (12/1/2023).
Menurutnya, NU tidak akan terlibat ke dalam arus perpolitikan pada Pemilu 2024 adalah komitmen dirinya sejak terpilih menjadi Ketum PBNU.
Gus Yahya mengatakan apabila ada tokoh NU yang ikut dalam ajang pemilu atau Pilpres 2024, itu adalah kehendak sosok tersebut, bukan kesepakatan dari PBNU. “Kalau ada tokoh NU yang maju itu berarti atas nama prestasinya sendiri, kinerjanya sendiri,” katanya.
Sebelumnya, Gus Yahya juga melarang para politisi mengatasnamakan NU jika berkunjung ke pondok-pondok pesantren. Namun ia tak melarang para politisi untuk sowan ke kiai maupun pesantren-pesantren jelang Pemilu 2024.
Hanya saja ia menegaskan bahwa NU secara kelembagaan tidak akan lagi terlibat politik praktis. “Pokoknya jangan pakai atas nama NU-lah, gitu saja,” katanya, Rabu (4/1/2023).
Gus Yahya juga meminta kepada semua partai politik (parpol) agar tidak menggunakan NU sebagai “senjata” di dalam kompetisi politik.
“(Tak hanya PKB) Semuanya, untuk semua partai, jadi NU itu enggak boleh digunakan sebagai senjata untuk kompetisi politik. Karena kalau kita biarkan terus-terus begini, ini tidak sehat,” kata Gus Yahya pada Senin (23/5/2022).
Ia juga memohon agar para parpol tidak menggunakan politik identitas ketika melakukan kompetisi politik. Apalagi sampai menggunakan identitas agama dan NU. Baginya, NU bisa hadir sampai saat ini untuk semua masyarakat dan bangsa. Bukan sekadar untuk dieksploitasi identitasnya secara politik.
“Kita mohon jangan pakai politik identitas, terutama identitas agama, termasuk identitas NU. Tidak boleh mengeksploitasi identitas NU untuk politik, tidak. NU ini untuk semua bangsa,” katanya. [wip]