(IslamToday ID) – Presiden Jokowi menyatakan pentingnya pemerataan ekonomi di seluruh Indonesia agar tidak terkonsentrasi di Pulau Jawa. Ia mengatakan, 58 persen produk domestik bruto (PDB) atau perputaran uang se-Indonesia berada di Pulau Jawa, padahal Indonesia memiliki setidaknya 17.000 pulau.
“Yang namanya PDB ekonomi, artinya ekonomi perputaran uang, itu 58 persen ada di Pulau Jawa. Terus, 17.000 pulau yang lain dapat apa?” kata Jokowi di acara Istigasah dan Doa Bersama Rabithah Melayu-Banjar, Jumat (17/3/2023), dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden.
Tidak hanya ekonomi, Jokowi mengatakan, 56 persen dari 280 juta penduduk Indonesia atau sekitar 150 juta orang juga tinggal di Pulau Jawa. “Oleh sebab itu perlu ada pemerataan, bukan Jawa-sentris tapi Indonesia-sentris,” katanya dikutip dari Kompas.
Menurut Jokowi, banyaknya pembangunan infrastruktur di luar Jawa merupakan upaya pemerintah agar PDB tidak terkonsentrasi di Pulau Jawa dan mewujudkan pemerataan. Ia mengatakan, pemerataan yang membuat pemerintah memutuskan memindahkan ibukota dari Jakarta ke Nusantara yang sedang dibangun di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Mantan Walikota Solo itu mengatakan, memindahkan ibukota sesungguhnya adalah gagasan lama sejak era Presiden Soekarno tetapi tak terealisasi. “Sekarang kita eksekusi dan sudah dimulai, insya Allah mungkin bisa dalam 10 tahun, bisa 15 tahun akan selesai, dan ibukota kita di Nusantara,” pungkas Jokowi.
Ia kemudian mengajak semua pihak bekerja dan berdoa untuk mewujudkan pembangunan IKN Nusantara. Selain untuk pemerataan, menurut Jokowi, IKN juga akan jadi pintu gerbang pembangunan di Pulau Kalimantan.
“Bapak, ibu, dan saudara-saudara sekalian yang saya hormati, saya mengajak kita semuanya bersama-sama, berdoa, berikhtiar, baik lahir maupun batin. Bekerja keras dengan sekuat tenaga untuk mewujudkan pembangunan IKN,” ujar Jokowi.
“Dan juga memohon ridha Allah SWT agar selalu membimbing dan memudahkan langkah-langkah kita,” katanya lagi.
Dalam kesempatan itu, Jokowi juga meminta agar para alim ulama, tuan-tuan guru, para mualim, kiai serta segenap masyarakat Melayu-Banjar mendoakan masa depan bangsa Indonesia. [wip]