(IslamToday ID) – Kementerian Agama (Kemenag), PP Muhammadiyah, dan PBNU serempak menetapkan 1 Ramadan 1444 H jatuh pada 23 Maret 2023. PP Muhammadiyah menyambut baik waktu awal ibadah puasa Ramadan di Tanah Air dilakukan secara bersama-sama.
“Saya mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa Ramadan bagi seluruh umat Islam di seluruh Tanah Air,” kata Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, Kamis (23/3/2023).
Ia menilai puasa Ramadan menjadi waktu yang tepat untuk melaksanakan ibadah dan bersih-bersih diri dari dosa. Ramadan juga dinilai waktu yang tepat untuk menjaga relasi baik dengan sesama manusia.
“Ramadan adalah momentum untuk kita mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan ibadah puasa dan ibadah-ibadah sunah yang sangat dianjurkan, serta memperbanyak doa dan istighfar agar Allah mengampuni dosa dan menjadikan kita manusia yang bersih,” ujar Mu’ti dikutip dari DetikCom.
“Ramadan dijadikan sebagai bulan islah untuk memperbaiki relasi sosial dengan saling bersilaturahmi dan berbagi, menjauhkan diri dari sikap dan sifat amarah, fitnah, dan saling membenci,” sambungnya.
Selain itu, menurut Mu’ti, Ramadan juga untuk berbagi kasih dengan sesama manusia. Muhammadiyah berharap awal Ramadan yang ditetapkan serempak memberikan manfaat banyak kepada umat muslim Tanah Air.
“Ramadan adalah momentum untuk kita meningkatkan persatuan dengan saling menghormati, saling welas-asih, tolong menolong, dan kerja sama untuk kebajikan,” imbuhnya.
Sementara, dari PBNU berharap ibadah puasa umat Islam berjalan dengan tenang dan nyaman. “Kita berharap masyarakat Indonesia lebih tenang dan nyaman beribadah puasa secara bersamaan dengan penuh semangat,” kata Ketua PBNU Ahmad Fahrur Rozi atau Gus Fahrur.
“Mari menghormati bulan suci Ramadan, dan menjaga suasana aman kondusif untuk beribadah puasa dengan lebih baik,” imbuhnya.
PBNU mengajak umat Islam untuk menjaga persatuan tanpa memandang status apapun. PBNU juga mengingatkan tetap menjaga dan menghormati sesama muslim dan umat agama lain.
“Mari kita jadikan momentum di bulan puasa ini menjadi kekuatan bersama saling membangun persatuan umat Islam dalam ketaatan dan kerukunan, tanpa membedakan status sosial, ormas, golongan, atau posisi kedudukan dan jabatan, semua saling menghormati sesama muslim dan pemeluk agama lain,” ujar Gus Fahrur. [wip]